Bismillah...
Pertama kali nonton film ini sewaktu aku SMU sekitar tahun 1997 di sebuah TV swasta. Awalnya gak niat buat begadang nonton sampai habis, niat awalnya cuman mau nonton sebentar trus bobo (soalnya filnya mulai di atas jam 9 malam), tapi malah gak bisa berhenti nonton karena ceritanya keren. Film ini diproduksi tahun 1994.
Tokoh utamanya adalah Tristan, si anak tengah dari 3 bersaudara anak seorang veteran tentara Kolonel Ludlow, yang memilih tinggal di sebuah peternakan di daerah Montana. Tristan mempunyai kakak Alfred dan adik Samuel. Mereka bertiga sangat kompak dan saling menyayangi dengan sifatnya masing-masing. Alfred yang bijak dan selalu hidup sesuai aturan, Tristan yang kebalikannya, agak liar, serta Samuel yang khas anak bungsu, naif dan cenderung manja.
Ketika mereka beranjak dewasa, masuklah Susannah dalam hidup mereka sebagai tunangan Samuel. Setelah berkenalan dengan kakak-kakak Samuel, diam-diam Susannah menaruh simpati pada Tristan. Gayanya yang ngasal dan liar ternyata adalah kharisma yang kuat menjadi magnet menarik Susannah. Biasalah, cewe-cewe selalu terpikat dan penasaran pada cowo tipe bad boy hehe
Cobaan mulai datang menerpa tiga Ludlow bersaudara karena mereka bertiga ternyata menyukai Susannah, dan ketika Samuel tewas dalam perang, Tristan jadian dengan Susannah. Alfred kalah oleh Tristan, namun kedewasaannya sebagai anak sulung aku angkat jempol deh. Nah yang jadi masalah nih si Tristan yang labil pasca tewasnya Samuel. Dia yang sangat terpukul dan dikejar rasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkann Samuel saat perang, akhirnya memilih pergi dari rumah untuk menghilangkan traumanya, meninggalkan Susannah. Tambah kacau deh. Susannah yang memang sejak awal sudah naksir Tristan harus menerima kenyataan ditinggal dan digantung. Awalnya Tristan rutin mengirim surat, tapi akhirnya tidak berkabar lagi hingga akhirnya datang surat terakhirnya yang menyuruh Susannah melupakannya dan menikah dengan orang lain saja. Hancurlah hati Susannah. Saat itulah Alfred yang sudah mapan dan calon anggota dewan, datang untuk menolong dan akhirnya menikahi Susannah. Mendapati kenyataan ini, Kolonel Ludlow marah pada Alfred dan Susannah. Menurutnya Susannah masihlah calon istri Tristan. Namun dengan kenyataan bahwa Tristanlah yang meninggalkan Susannah, Kolonel Ludlow pun stres kepikiran hingga akhirnya menderita stroke.
Kolonel Ludlow sangat menyayangi anak-anaknya, namun dia akhirnya berkonflik juga dengan Alfred, selain keputusan Alfred menikahi Susannah juga soal keputusan Alfred untuk menjadi anggota dewan. Kolonel Ludlow adalah seorang veteran tentara yang berubah menjadi anti pemerintah yang menindas suku Indian. Dia tidak pernah merestui keputusan Alfred untuk menjadi anggota dewan.
Singkat cerita, hubungan Alfred dan sang ayah serta Tristan pun memburuk. Berbagai peristiwa terjadi kemudian yang menjadikan hubungan mereka mulai membaik. Sekembali Tristan dari pengembarannya, dia menikah dengan Isabel Two, gadis indian yang dibesarkan serta dianggap anak sendiri oleh kolonel Ludlow. Isabel ini juga sejak kecil sangat memuja Tristan. Sayang kebahagiaan mereka tidaklah lama, Isabel meninggal tertembak oleh kolega Alfred yang tidak senang dengan usaha Tristan dalam bisnis minuman alkohol. Tristan yang sempat masuk tahanan, begitu bebas ia pun membalas dendam dan membunuh adik dari kolega Alfred tersebut. Kolega Alfred itu akhirnya datang ke rumah kolonel Ludlow mencari Tristan dan akan membunuhnya, dengan mengajak sherrif dan polisi yang sudah dia suap. Diam-diam Alfred juga datang untuk membela keluarganya, membela ayah dan adik kandungnya dan membunuh koleganya sendiri.
Darah memang lebih kental dari air. Film ini menginspirasikan itu, bahwa walau bagaimana pun, keluarga adalah tempat kembali kita. Sedekat apapun kita dengan kolega dan sahabat kita, namun tidak bisa mengalahkan keluarga. Kita boleh saja berkonflik dengan keluarga, dengan saudara atau orang tua, namun kekentalan darah akan selalu menarik kita untuk kembali. Alfred pada akhirnya sadar, Tristan yang liar dan ayahnya yang selalu membela Tristan, adalah tempat kembalinya setelah kematian Susannah. Dia pada akhirnya paham bahwa koleganya yang selama ini mendukungnya hanyalah semu semata demi kepentingan.
Entah mengapa sosok Tristan yang selalu menganggap dirinya sendiri sebagai pembawa sial dalam keluarganya, malah menjadi yang paling disayangi. Bahkan semarah-marahnya Alfred pada Tristan, pada akhirnya tetap bersatu sebagai kakak dan adik. Sebuah ungkapan tokoh indian One Stab yang dalam film ini selain memerankan juga menjadi narator, bahwa Tristan itu ibarat batu besar yang keras, dan semua orang yang menyayanginya ibarat membenturkan tubuh mereka pada batu tersebut, alias akan menderita dan hancur karenanya. Itulah yang terjadi pada Kolonel Ludlow, Alfred, Susannah bahkan Isabel Two.
Ada banyak adegan menyentuh dalam film ini. Beberapa di antaranya adalah adegan saat Tristan pulang dari pengembarannya yang sangat lama, kedatangannya dengan diiringi puluhan kuda dengan latar musik yang megah membawa nuansa optimisme dan kebahagiaan ke ranch Kolonel Ludlow yang selama ini gersang dan seakan mati saat sang Kolonel jatuh sakit. Para penghuni ranch sangat bersuka cita dengan kepulangan tristan, dan suka cita itu menjalar hingga ke aku sebagai penonton karena teknik pengambilan gambar dan latar musik tadi yang sangat bagus. hehe. Adegan menyentuh lainnya yaitu saat Alfred diam-diam kembali ke peternakan Kolonel Ludlow karena tau koleganya akan mengeksekusi Tristan, dan dengan heroik ia menembak Sherrif korup yang bersiap membunuh Kolonel Ludlow. Sangat mengejutkan. Hingga Kolonel Ludlow pun akhirnya berterima kasih dan menerima Alfred kembali dalam keluarganya yang telah porak poranda.
Film ini ditutup dengan adegan yang sangat menggugah, Tristan tua tewas diserang beruang. Dan itu adalah kematian yang indah (kata naratornya).
Gambar alam serta ilustrasi musik film ini sangat apik. Peran para aktor dan aktris pun bagus. Enaknya nonton film ini sih di HBO saja karena adegan kurang pantas ala hollywoodnya sudah kena sensor hehe. Aku sangat suka musik karya James Horner untuk film ini. Dan menurutku, akting Aidan Quinn sebagai Alfred tidak kalah keren dari Brad Pitt sebagai Tristan. Walaupun film ini sudah 21 tahun lalu, tapi masih enak ditonton :)
Selasa, 08 Desember 2015
Rabu, 25 November 2015
Finally, dari Sulawesi Utara ke Medan Merdeka Utara
Bismillah...
Setelah mendapat SK pindah, tanggal 26 Oktober lalu aku melapor untuk pertama kali ke kantor baruku, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI yang mana lokasi kantornya di Gedung Sekretariat MA jalan Ahmad Yani Cempaka Putih Jakarta Pusat. lantai 6-8. Di gedung ini pula berkantor Ditjen Badilum, Ditjen Badilmimtun serta BAWAS. Dan setelah menhadap Pak Sekretaris Ditjen, aku ternyata ditugaskan menjadi staf di Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag MA RI, yang mana lokasi kantornya justru di Gedung MA kawasan Medan Merdeka Utara Jakarta Pusat.
Alamak, awalnya kaget dan agak stres juga memikirkannya.Aku mengajukan pindah ke Badilag di Jalan Ahmad Yani karena pertimbangan biar dekat dengan kantor suami di Pusdiklat Bea dan Cukai Rawamangun. Lokasinya memang lumayan dekat jadi aku berangkat dan pulang bisa bareng suami dengan menumpang mobil jemputan Bea dan Cukai. Makanya ketika dengar penugasan aku ke Medan Merdeka, aku sampai jatuh sakit selama 2 hari di rumah karena kepikiran hehe eh bukan ding, karena tekanan darahku naik (jadi berasa tua nih, padahal aku aslinya penderita hipotensi alias darah rendah lhoo). Makanya pas weekendnya suami ajak aku dan anak-anak jalan-jalan ke Ragunan biar aku terhibur. Akhirnya aku bisa menerima penugasanku. Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri. Penugasan toh tidak bisa ditolak lagi kan, masalahnya ada pada pikiranku saja.
Pada tanggal 3 Nopember 2015, Kabag Kepegawaian dan seorang staf Kepegawaian mengantar aku ke Medan Merdeka Utara. Dan akupun resmi diterima di Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama (disingkat Ditpratalak). Resmilah aku berkantor disitu. Hal pertama yang aku lakukan yaitu menghubungi Pak Ari, staf BUA bagian Mutasi yang sudah aku kenal untuk bertanya tentang "cara berangkat dan pulang" hehe Alhamdulillah atas info beliau, ternyata di MA ada bus-bus antar jemput pegawai, dan yang melintasi daerah dekat rumahku ada, yaitu jurusan Ciledug. YESSSS ALHAMDULILLAH, langsung deh aku mencari busnya dan mendaftar ama sopirnya hehe alhamdulillah lagi masih ada tempat kosong. Hanya membayar iuran rp.100.000,- perbulan kami bisa diantar jemput, asyik kan..... keren banget deh. Ternyata untuk kantor pusat berbagai kementerian/Lembaga di Jakarta, memang disediakan fasilitas bus antar jemput pegawai. Tidak cuma MA saja, tapi Kementerian Dalam Negeri (sebelah MA), Kementerian Perhubungan, Kementerian Sosial, dan masih banyak lagi termnasuk instansi suamiku Kementerian Keuangan. Jadi kalau pagi dan sore pas jam berangkat dan jam pulang kerja, iring-iringan bus antar jemput berseliweran di sepanjang jalan Medan Merdeka ini. Pemandangan yang tidak pernah ku lihat di Manado.
Ohya, mengapa Ditpratalak Ditjen Badilag kantornya terpisah dari Ditjen Badilag? Padahal Ditpratalak merupakan bagian dari Ditjen Badilag. Jawabannya, karena Ditpratalak ini mengurusi perkara kasasi dan peninjauan kembali, jadi butuh untuk selalu terhubung dengan Kepaniteraan MA dan para Hakim Agung, makanya khusus untuk Ditpratalak diharuskan berkantor di gedung MA. Tidak hanya Badilag, Ditpratalak Badilum dan Badilmiltun juga berkantor di Medan Merdeka, di Lantai 5.
Alhamdulillah, aku merasa justru lebih enjoy di Medan Merdeka. Tidak seperti yang ku kira, ternyata di Medan Merdeka asik. Tiap hari memandangi Monas heheheh plus kantor kami Gedung MA bersebelahan dengan Istana Merdeka dan Istana Negara. Rasanya tidak pernah menyangka akan berkantor disini. Alhamdulillah ya Allah...
Setelah mendapat SK pindah, tanggal 26 Oktober lalu aku melapor untuk pertama kali ke kantor baruku, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI yang mana lokasi kantornya di Gedung Sekretariat MA jalan Ahmad Yani Cempaka Putih Jakarta Pusat. lantai 6-8. Di gedung ini pula berkantor Ditjen Badilum, Ditjen Badilmimtun serta BAWAS. Dan setelah menhadap Pak Sekretaris Ditjen, aku ternyata ditugaskan menjadi staf di Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag MA RI, yang mana lokasi kantornya justru di Gedung MA kawasan Medan Merdeka Utara Jakarta Pusat.
Alamak, awalnya kaget dan agak stres juga memikirkannya.Aku mengajukan pindah ke Badilag di Jalan Ahmad Yani karena pertimbangan biar dekat dengan kantor suami di Pusdiklat Bea dan Cukai Rawamangun. Lokasinya memang lumayan dekat jadi aku berangkat dan pulang bisa bareng suami dengan menumpang mobil jemputan Bea dan Cukai. Makanya ketika dengar penugasan aku ke Medan Merdeka, aku sampai jatuh sakit selama 2 hari di rumah karena kepikiran hehe eh bukan ding, karena tekanan darahku naik (jadi berasa tua nih, padahal aku aslinya penderita hipotensi alias darah rendah lhoo). Makanya pas weekendnya suami ajak aku dan anak-anak jalan-jalan ke Ragunan biar aku terhibur. Akhirnya aku bisa menerima penugasanku. Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri. Penugasan toh tidak bisa ditolak lagi kan, masalahnya ada pada pikiranku saja.
Pada tanggal 3 Nopember 2015, Kabag Kepegawaian dan seorang staf Kepegawaian mengantar aku ke Medan Merdeka Utara. Dan akupun resmi diterima di Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama (disingkat Ditpratalak). Resmilah aku berkantor disitu. Hal pertama yang aku lakukan yaitu menghubungi Pak Ari, staf BUA bagian Mutasi yang sudah aku kenal untuk bertanya tentang "cara berangkat dan pulang" hehe Alhamdulillah atas info beliau, ternyata di MA ada bus-bus antar jemput pegawai, dan yang melintasi daerah dekat rumahku ada, yaitu jurusan Ciledug. YESSSS ALHAMDULILLAH, langsung deh aku mencari busnya dan mendaftar ama sopirnya hehe alhamdulillah lagi masih ada tempat kosong. Hanya membayar iuran rp.100.000,- perbulan kami bisa diantar jemput, asyik kan..... keren banget deh. Ternyata untuk kantor pusat berbagai kementerian/Lembaga di Jakarta, memang disediakan fasilitas bus antar jemput pegawai. Tidak cuma MA saja, tapi Kementerian Dalam Negeri (sebelah MA), Kementerian Perhubungan, Kementerian Sosial, dan masih banyak lagi termnasuk instansi suamiku Kementerian Keuangan. Jadi kalau pagi dan sore pas jam berangkat dan jam pulang kerja, iring-iringan bus antar jemput berseliweran di sepanjang jalan Medan Merdeka ini. Pemandangan yang tidak pernah ku lihat di Manado.
Ohya, mengapa Ditpratalak Ditjen Badilag kantornya terpisah dari Ditjen Badilag? Padahal Ditpratalak merupakan bagian dari Ditjen Badilag. Jawabannya, karena Ditpratalak ini mengurusi perkara kasasi dan peninjauan kembali, jadi butuh untuk selalu terhubung dengan Kepaniteraan MA dan para Hakim Agung, makanya khusus untuk Ditpratalak diharuskan berkantor di gedung MA. Tidak hanya Badilag, Ditpratalak Badilum dan Badilmiltun juga berkantor di Medan Merdeka, di Lantai 5.
Alhamdulillah, aku merasa justru lebih enjoy di Medan Merdeka. Tidak seperti yang ku kira, ternyata di Medan Merdeka asik. Tiap hari memandangi Monas heheheh plus kantor kami Gedung MA bersebelahan dengan Istana Merdeka dan Istana Negara. Rasanya tidak pernah menyangka akan berkantor disini. Alhamdulillah ya Allah...
Senin, 02 November 2015
Perjalanan panjang
Every time I close my eyes I see you in front of me
I still can hear your voice calling out my name
And I remember all the stories you told me
I miss the time you were around [x2]
But I’m so grateful for every moment I spent with you
‘Cause I know life won’t last forever
Bait-bait di atas adalah syair lagu So Soon dari Maher Zain. Ketika itu hari masih gelap, langit masih penuh bintang, selesai subuh aku bergegas masuk mobil dengan membawa barang pindahanku. Ya, di hari sepagi itu aku pindah, dari Bitung ke Jakarta. Mama papa menemani mengantarku ke bandara.
Betapa kaget dan tersentuhnya aku saat itu, mobil yang kusewa memutar lagu tersebut. Keharuan merayapi hati dan pikiranku, meski tak ku nampakkan pada Mama Papa. Mungkin inilah perasaan mereka saat itu, meski mereka pun mungkin menyembunyikannya dariku. Tapi lagu itu seolah "menelanjangi" topeng kami masing-masing.
Mungkin itulah jeritan hati Mama Papaku, you went so soon so soon, you left so soon so soon... Aku pun tidak bisa menyembunyikan kesedihanku dalam diamku, kalau bukan untuk suami dan anak-anakku niscaya aku tak kan meninggalkan mereka di usia tuanya.
Lalu aku flashback ke belakang, hidup ternyata sebuah perjalanan panjang. Teringat masa kanak-kanak, masa sekolah lalu hingga masa berkeluarga, tiada dirasa waktu lekas berlalu, kehidupan yang tertinggal di belakang menyisakan album kenangan yang mengharu biru ketika dibuka.
Hidup ternyata hanya lingkaran pertemuan dan perpisahan. Bahkan dengan orang tua sekalipun, yang saat dimasa kecil menjadi sandaran hidup, tetap akan berpisah.
Maka kini, ketika aku sedang bersama Umar Nadia, kuresapi baik-baik bahwa kebersamaan kami hanya sementara. Akan tiba saatnya aku akan meninggalkan atau ditinggalkan. Mereka cuma titipan. Saat aku letih mengurus mereka, atau saat aku lelah mendengar cerita-cerita mereka para bocah, aku selalu cam kan bahwa kebersamaan kami sementara. Uruslah mereka walau letih. Dengarlah cerita antusias mereka dengan perhatian, karena akan datang saatnya mereka akan pergi dari kita, dan ketika saat itu tiba, saat kita rindu ingin mengurus mereka atau ingin mendengar celotehan mereka, mereka sudah pergi. Mengejar hidupnya masing-masing. Karena waktu itu tidaklah lama. Saat perpisahan itu tidak terasa akan makin mendekat.
Mama Papa tercinta, hanya pada Allah lah ku titipkan kalian, karena Dialah sebaik-baik Penjaga. Semoga selalu dalam lindungan dan rahmatNya. Semoga bisa berkumpul kembali di dunia hingga ke jannah, amiinn...
Medan Merdeka Utara, 3 nop.2015
I still can hear your voice calling out my name
And I remember all the stories you told me
I miss the time you were around [x2]
But I’m so grateful for every moment I spent with you
‘Cause I know life won’t last forever
You went so soon, so soon
You left so soon, so soon
I have to move on ’cause I know it’s been too long
I’ve got to stop the tears, keep my faith and be strong
I’ll try to take it all, even though it’s so hard
I see you in my dreams but when I wake up you are gone
Gone so soon
You left so soon, so soon
I have to move on ’cause I know it’s been too long
I’ve got to stop the tears, keep my faith and be strong
I’ll try to take it all, even though it’s so hard
I see you in my dreams but when I wake up you are gone
Gone so soon
Night and day, I still feel you are close to me
And I remember you in every prayer that I make
Every single day may you be shaded by His mercy
But life is not the same, and it will never be the same
But I’m so thankful for every memory I shared with you
‘Cause I know this life is not forever
And I remember you in every prayer that I make
Every single day may you be shaded by His mercy
But life is not the same, and it will never be the same
But I’m so thankful for every memory I shared with you
‘Cause I know this life is not forever
You went so soon, so soon
You left so soon, so soon
I have to move on ’cause I know it’s been too long
I’ve got to stop the tears, keep my faith and be strong
I’ll try to take it all, even though it’s so hard
I see you in my dreams but when I wake up you are gone
You left so soon, so soon
I have to move on ’cause I know it’s been too long
I’ve got to stop the tears, keep my faith and be strong
I’ll try to take it all, even though it’s so hard
I see you in my dreams but when I wake up you are gone
There were days when I had no strength to go on
I felt so weak and I just couldn’t help asking: “Why?”
But I got through all the pain when I truly accepted
That to God we all belong, and to Him we’ll return, ooh
I felt so weak and I just couldn’t help asking: “Why?”
But I got through all the pain when I truly accepted
That to God we all belong, and to Him we’ll return, ooh
You went so soon, so soon
You left so soon, so soon
I have to move on ’cause I know it’s been too long
I’ve got to stop the tears, keep my faith and be strong
I’ll try to take it all, even though it’s so hard
I see you in my dreams but when I wake up you are gone
Gone so soon
Bismillah...You left so soon, so soon
I have to move on ’cause I know it’s been too long
I’ve got to stop the tears, keep my faith and be strong
I’ll try to take it all, even though it’s so hard
I see you in my dreams but when I wake up you are gone
Gone so soon
Bait-bait di atas adalah syair lagu So Soon dari Maher Zain. Ketika itu hari masih gelap, langit masih penuh bintang, selesai subuh aku bergegas masuk mobil dengan membawa barang pindahanku. Ya, di hari sepagi itu aku pindah, dari Bitung ke Jakarta. Mama papa menemani mengantarku ke bandara.
Betapa kaget dan tersentuhnya aku saat itu, mobil yang kusewa memutar lagu tersebut. Keharuan merayapi hati dan pikiranku, meski tak ku nampakkan pada Mama Papa. Mungkin inilah perasaan mereka saat itu, meski mereka pun mungkin menyembunyikannya dariku. Tapi lagu itu seolah "menelanjangi" topeng kami masing-masing.
Mungkin itulah jeritan hati Mama Papaku, you went so soon so soon, you left so soon so soon... Aku pun tidak bisa menyembunyikan kesedihanku dalam diamku, kalau bukan untuk suami dan anak-anakku niscaya aku tak kan meninggalkan mereka di usia tuanya.
Lalu aku flashback ke belakang, hidup ternyata sebuah perjalanan panjang. Teringat masa kanak-kanak, masa sekolah lalu hingga masa berkeluarga, tiada dirasa waktu lekas berlalu, kehidupan yang tertinggal di belakang menyisakan album kenangan yang mengharu biru ketika dibuka.
Hidup ternyata hanya lingkaran pertemuan dan perpisahan. Bahkan dengan orang tua sekalipun, yang saat dimasa kecil menjadi sandaran hidup, tetap akan berpisah.
Maka kini, ketika aku sedang bersama Umar Nadia, kuresapi baik-baik bahwa kebersamaan kami hanya sementara. Akan tiba saatnya aku akan meninggalkan atau ditinggalkan. Mereka cuma titipan. Saat aku letih mengurus mereka, atau saat aku lelah mendengar cerita-cerita mereka para bocah, aku selalu cam kan bahwa kebersamaan kami sementara. Uruslah mereka walau letih. Dengarlah cerita antusias mereka dengan perhatian, karena akan datang saatnya mereka akan pergi dari kita, dan ketika saat itu tiba, saat kita rindu ingin mengurus mereka atau ingin mendengar celotehan mereka, mereka sudah pergi. Mengejar hidupnya masing-masing. Karena waktu itu tidaklah lama. Saat perpisahan itu tidak terasa akan makin mendekat.
Mama Papa tercinta, hanya pada Allah lah ku titipkan kalian, karena Dialah sebaik-baik Penjaga. Semoga selalu dalam lindungan dan rahmatNya. Semoga bisa berkumpul kembali di dunia hingga ke jannah, amiinn...
Medan Merdeka Utara, 3 nop.2015
SIMPEG, KETIKA IMAJINASIKU MENJADI NYATA
Bismillah...
Aplikasi Simpeg atau Sistem Manajemen Kepegawaian bagiku adalah imajinasi yang menjadi kenyataan #halah eh tapi benerrr lho
Kok bisa ya aplikasi kepegawaian online menjadi imajinasi seorang Titi? Kenapa bukan rumah bak istana, mobil bak kereta kencana? Kenapa malah memimpikan sebuah.... Aplikasi kantoran hehe
Yah semua berawal sejak aku CPNS di tempatkan di Pengadilan Agama Bitung bagian Kepegawaian. Biasalah namanya anak baru dikasih kerjaan ngetik-ngetik dan mengelola arsip. Tapi lama-lama asyik juga.
Sebuah kegiatan rutin yang tiap hari dilakonin, membuat surat atau SK lalu setelah berstempel maka arsipnya disimpan dalam sebuah lemari arsip kepegawaian. Lengkap dan rapi. Nah itu juga ide yang muncul di kepalaku ini, untuk membuat sebuah "lemari virtual" berupa arsip data komputernya. Maka kubuatlah folder Lemari Virtual Kepegawaian yang kususun atas beberapa folder atas nama masing-masing pegawai. Lalu di dalam folder itu kususun juga folder-folder yang berkaitan dengan pegawai tersebut, antara lain SK Pangkat, SK Mutasi, KGB, KP4, DP3, dll seperti layaknya di lemari kepegawaian yang berjejer rapi. Hanya saja ini bentuk virtualnya. Niatnya sih hanya untuk kerapian saja. Juga agar mudah bila ingin mengakses dokumen tentang seorang pegawai. Bukanlah ide atau imajinasi yang WAH, tapi hanya sebuah ide sederhana menurutku.
Tak dinyana beberapa saat berselang, Ditjen Badilag MA RI meluncurkan aplikasi SIMPEG ONLINE yang memiliki aplikasi turunan berupa E-DOCUMENT, yang bentuknya pada prinsipnya persis Lemari Virtual Kepegawaian saya. Wah alhamdulillah, seneng banget ternyata imajinasiku bisa menjadi kenyataan. Ternyata Pusat bisa "membaca" isi kepalaku #lebay.com hehehe iya dong, kalau kita bisa mengarsip dokumen dalam bentuk kasar, maka harusnya kita juga bisa mengarsip dokumen dalam bentuk data komputernya. Itu saja pikiranku.
Semula tidak banyak pegawai yang sadar pentingnya e-document itu, sehingga mereka masih melihat dengan sebelah mata aplikasi tersebut, jika kami meminta dokumen pribadi mereka (yang tidak lengkap di lemari kepeg) untuk diinput, mereka masih ogah-ogahan.
Kemudian, ketika kantor kami Pengadilan Agama Manado dilanda banjir bandang di pagi hari dan tidak sempat menyelamatkan berkas, maka hancurlah semua dokumen termasuk dokumen kepegawaian. Rasanya pengen nangis deh lihat lemari arsip kepegawaian yang roboh dan isinya sudah hancur tenggelam oleh air banjir.
Nah, disinilah fungsi dari e-document menjadi sangat terasa. Mereka yang data e-doc nya lengkap tidaklah khawatir, karena softcopynya masih tersimpan dan bisa diprint lagi. Hanya data kasarnya yang lenyap. Baru berasa banget deh gunanya e-doc.
Saran aku, dalam hal apapun hidup kita, usahakan kita selalu membuat dan menyimpan softcopy dokumen penting kita, baik yang bersifat dinas maupun pribadi. Usahakan kita punya simpanan dalam bentuk virtualnya. Bukankah ini zaman era digital? Tentunya tidak rugi bila kita ikut kemajuan zaman yang satu ini hehe
Aplikasi Simpeg atau Sistem Manajemen Kepegawaian bagiku adalah imajinasi yang menjadi kenyataan #halah eh tapi benerrr lho
Kok bisa ya aplikasi kepegawaian online menjadi imajinasi seorang Titi? Kenapa bukan rumah bak istana, mobil bak kereta kencana? Kenapa malah memimpikan sebuah.... Aplikasi kantoran hehe
Yah semua berawal sejak aku CPNS di tempatkan di Pengadilan Agama Bitung bagian Kepegawaian. Biasalah namanya anak baru dikasih kerjaan ngetik-ngetik dan mengelola arsip. Tapi lama-lama asyik juga.
Sebuah kegiatan rutin yang tiap hari dilakonin, membuat surat atau SK lalu setelah berstempel maka arsipnya disimpan dalam sebuah lemari arsip kepegawaian. Lengkap dan rapi. Nah itu juga ide yang muncul di kepalaku ini, untuk membuat sebuah "lemari virtual" berupa arsip data komputernya. Maka kubuatlah folder Lemari Virtual Kepegawaian yang kususun atas beberapa folder atas nama masing-masing pegawai. Lalu di dalam folder itu kususun juga folder-folder yang berkaitan dengan pegawai tersebut, antara lain SK Pangkat, SK Mutasi, KGB, KP4, DP3, dll seperti layaknya di lemari kepegawaian yang berjejer rapi. Hanya saja ini bentuk virtualnya. Niatnya sih hanya untuk kerapian saja. Juga agar mudah bila ingin mengakses dokumen tentang seorang pegawai. Bukanlah ide atau imajinasi yang WAH, tapi hanya sebuah ide sederhana menurutku.
Tak dinyana beberapa saat berselang, Ditjen Badilag MA RI meluncurkan aplikasi SIMPEG ONLINE yang memiliki aplikasi turunan berupa E-DOCUMENT, yang bentuknya pada prinsipnya persis Lemari Virtual Kepegawaian saya. Wah alhamdulillah, seneng banget ternyata imajinasiku bisa menjadi kenyataan. Ternyata Pusat bisa "membaca" isi kepalaku #lebay.com hehehe iya dong, kalau kita bisa mengarsip dokumen dalam bentuk kasar, maka harusnya kita juga bisa mengarsip dokumen dalam bentuk data komputernya. Itu saja pikiranku.
Semula tidak banyak pegawai yang sadar pentingnya e-document itu, sehingga mereka masih melihat dengan sebelah mata aplikasi tersebut, jika kami meminta dokumen pribadi mereka (yang tidak lengkap di lemari kepeg) untuk diinput, mereka masih ogah-ogahan.
Kemudian, ketika kantor kami Pengadilan Agama Manado dilanda banjir bandang di pagi hari dan tidak sempat menyelamatkan berkas, maka hancurlah semua dokumen termasuk dokumen kepegawaian. Rasanya pengen nangis deh lihat lemari arsip kepegawaian yang roboh dan isinya sudah hancur tenggelam oleh air banjir.
Nah, disinilah fungsi dari e-document menjadi sangat terasa. Mereka yang data e-doc nya lengkap tidaklah khawatir, karena softcopynya masih tersimpan dan bisa diprint lagi. Hanya data kasarnya yang lenyap. Baru berasa banget deh gunanya e-doc.
Saran aku, dalam hal apapun hidup kita, usahakan kita selalu membuat dan menyimpan softcopy dokumen penting kita, baik yang bersifat dinas maupun pribadi. Usahakan kita punya simpanan dalam bentuk virtualnya. Bukankah ini zaman era digital? Tentunya tidak rugi bila kita ikut kemajuan zaman yang satu ini hehe
Rabu, 28 Oktober 2015
Tumbang di Hari Ke Tiga
Bismillah...
Menulis coretan ini di kamar rumah mertua, ditemani Nadia yang lagi "bobo insyaAllah" (bobo dengan lantunan Maher Zain). Hei, ini kan hari Kamis, kok malah di rumah aja? Yupp, aku tumbang di hari ke tiga ngantor, rabu kemarin tidak kuat lagi menahan kerapuhanku yang sebenarnya sudah mulai terasa sejak hari keberangkatanku ke Jakarta. Apalagi ada insiden 6,5 jam di bandara Soetta. Aku yang sebenarnya janjian dengan suami yang berangkat dari Medan selepas dinas luar untuk sama-sama landing dan bertemu di Soetta. Tapi tak dinyana, pesawat suami delay selama 3,5 jam karena kabut asap di Kualanamu, sedangkan pesawatku on time dari Samratulangi. Jadilah ketika aku mendarat di Soetta, suami belum juga boarding. Jrenggg! Rasanya mau nangis. Mau pulang duluan tapi rasanya tidak sanggup dengan bawaan bagasi 6 koli (overnya 53kg dengan bayaran 1,4juta huhuuu...hehe namanya juga pindahan). Kalo di Soetta bisa sewa porter tapi kalo turun dari taksi n mau masukin ke rumah gak tau gimana deh. Total jenderal 6,5 jam aku duduk menunggu suami di soetta.
Hari pertama ngantor, deg degan juga membayangkan akan menyeberang jalan Ahmad Yani by pass yang rame dan kendaraannya melaju kencang gitu. Alhamdulillah ada jembatan penyeberangan di Rawasari, jaraknya sekitar 300 meter dari Gedung MA, ya nggak apa-apalah aku pilih lewat jembatan penyeberangan dan lanjut jalan kaki. Malah bersyukur dikasih kesempatan jogging hehe. Tapi pas pulangnya aku pilih tidak lewat jembatan tapi langsung menyeberang, alhamdulillah jalan Ahmad Yani bisa "ditaklukkan" #halahh walaupun setelah itu ada insiden salah naik metromini rawamangun, untung ketemu abang grab bike yang mau pulang dan beliau mau nganterin ke kantor suami di Pusdiklat Bea dan Cukai. Alhamdulillah.
Meski tiap hari ke kantor dengan menumpang mobil jemputan Bea dan Cukai dari kampus STAN (deket rumah), tapi tetap saja aku kelelahan selepas pindahan. Dalam perjalanan pulang di hari selasa memang aku sudah merasa down banget. Menelan sakit dan tulang belulang rasanya mau lepas heehe. Pas bangun di hari rabu eh ditambah pusing, akhirnya aku batal ngantor. Pas periksa ke klinik diluar dugaan, aku yang biasanya darah rendah kini darahku malah naik. Biasanya tekanan darahku 90/60 kini jadi 120/100. Mungkin buat orang lain itu masih normal tapi bagiku itu sudah hipertensi. Pantesan aku jadi kliyengan, kalo jalan rasanya oleng dan leher jadi kaku kalo menoleh. Aku disuruh istirahat dan banyakin minum air putih ama dokter. Oh begini ya rasanya hipertensi.
Dan kini di kamar ini selain Nadia, aku juga ditemani biskuit regal kesayanganku bila sedang sakit. Jadi rindu Mama Papa hiks hiks, dulu waktu aku kecil bila sakit selalu disediain Regal ama bubur plus teh manis di kamar. Aku sengaja gak ngabarin sakitku ini karena tidak ingin membuat mereka khawatir. Ya Allah jagalah orangtuaku di Bitung, mudahkan segala urusan mereka, berilah kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, wafatkanlah mereka dalam keadaan khusnul khotimah, amiinn ya robbal alamiin.
Menulis coretan ini di kamar rumah mertua, ditemani Nadia yang lagi "bobo insyaAllah" (bobo dengan lantunan Maher Zain). Hei, ini kan hari Kamis, kok malah di rumah aja? Yupp, aku tumbang di hari ke tiga ngantor, rabu kemarin tidak kuat lagi menahan kerapuhanku yang sebenarnya sudah mulai terasa sejak hari keberangkatanku ke Jakarta. Apalagi ada insiden 6,5 jam di bandara Soetta. Aku yang sebenarnya janjian dengan suami yang berangkat dari Medan selepas dinas luar untuk sama-sama landing dan bertemu di Soetta. Tapi tak dinyana, pesawat suami delay selama 3,5 jam karena kabut asap di Kualanamu, sedangkan pesawatku on time dari Samratulangi. Jadilah ketika aku mendarat di Soetta, suami belum juga boarding. Jrenggg! Rasanya mau nangis. Mau pulang duluan tapi rasanya tidak sanggup dengan bawaan bagasi 6 koli (overnya 53kg dengan bayaran 1,4juta huhuuu...hehe namanya juga pindahan). Kalo di Soetta bisa sewa porter tapi kalo turun dari taksi n mau masukin ke rumah gak tau gimana deh. Total jenderal 6,5 jam aku duduk menunggu suami di soetta.
Hari pertama ngantor, deg degan juga membayangkan akan menyeberang jalan Ahmad Yani by pass yang rame dan kendaraannya melaju kencang gitu. Alhamdulillah ada jembatan penyeberangan di Rawasari, jaraknya sekitar 300 meter dari Gedung MA, ya nggak apa-apalah aku pilih lewat jembatan penyeberangan dan lanjut jalan kaki. Malah bersyukur dikasih kesempatan jogging hehe. Tapi pas pulangnya aku pilih tidak lewat jembatan tapi langsung menyeberang, alhamdulillah jalan Ahmad Yani bisa "ditaklukkan" #halahh walaupun setelah itu ada insiden salah naik metromini rawamangun, untung ketemu abang grab bike yang mau pulang dan beliau mau nganterin ke kantor suami di Pusdiklat Bea dan Cukai. Alhamdulillah.
Meski tiap hari ke kantor dengan menumpang mobil jemputan Bea dan Cukai dari kampus STAN (deket rumah), tapi tetap saja aku kelelahan selepas pindahan. Dalam perjalanan pulang di hari selasa memang aku sudah merasa down banget. Menelan sakit dan tulang belulang rasanya mau lepas heehe. Pas bangun di hari rabu eh ditambah pusing, akhirnya aku batal ngantor. Pas periksa ke klinik diluar dugaan, aku yang biasanya darah rendah kini darahku malah naik. Biasanya tekanan darahku 90/60 kini jadi 120/100. Mungkin buat orang lain itu masih normal tapi bagiku itu sudah hipertensi. Pantesan aku jadi kliyengan, kalo jalan rasanya oleng dan leher jadi kaku kalo menoleh. Aku disuruh istirahat dan banyakin minum air putih ama dokter. Oh begini ya rasanya hipertensi.
Dan kini di kamar ini selain Nadia, aku juga ditemani biskuit regal kesayanganku bila sedang sakit. Jadi rindu Mama Papa hiks hiks, dulu waktu aku kecil bila sakit selalu disediain Regal ama bubur plus teh manis di kamar. Aku sengaja gak ngabarin sakitku ini karena tidak ingin membuat mereka khawatir. Ya Allah jagalah orangtuaku di Bitung, mudahkan segala urusan mereka, berilah kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, wafatkanlah mereka dalam keadaan khusnul khotimah, amiinn ya robbal alamiin.
Jumat, 23 Oktober 2015
Lirik Lagu Seruling di Lembah Sunyi
Seiring bersama alunan bunyi
Seruling dilembah sunyi
Disana ku duduk seorang diri
Menjelang di malam hari
Terkenang ku akan seorang kasihku
Yang telah pergi entah kemana
Oh angin sampaikanlah salamku
Ku nanti dilembah sunyi
Seindah alunan seruling senja
Begitu cintaku padanya
Terkenang ku akan seorang kasihku
Yang telah pergi entah kemana
Oh angin sampaikanlah salamku
Ku nanti dilembah sunyi
Seindah alunan seruling senja
Begitu cintaku padanya
Begitu cintaku padanya
Sebuah lagu sendu yang entahlah siapa yang menyanyikan pertama kali. Dan membayangkan kita merenung dikeheningan lembah sunyi itu sangat menggetarkan hati. Zaman sekarang ini susah mencari lembah sunyi tempat merenung hehe terlebih saya tinggal di kota. Makanya malam menjelang fajar adalah waktu favorit saya, karena badan sudah fresh baru terbangun, pikiran terasa bening karena keheningan suasana, saya suka sekali merenung pada saat-saat seperti itu. Hmmmmm
Seruling dilembah sunyi
Disana ku duduk seorang diri
Menjelang di malam hari
Terkenang ku akan seorang kasihku
Yang telah pergi entah kemana
Oh angin sampaikanlah salamku
Ku nanti dilembah sunyi
Seindah alunan seruling senja
Begitu cintaku padanya
Terkenang ku akan seorang kasihku
Yang telah pergi entah kemana
Oh angin sampaikanlah salamku
Ku nanti dilembah sunyi
Seindah alunan seruling senja
Begitu cintaku padanya
Begitu cintaku padanya
Sebuah lagu sendu yang entahlah siapa yang menyanyikan pertama kali. Dan membayangkan kita merenung dikeheningan lembah sunyi itu sangat menggetarkan hati. Zaman sekarang ini susah mencari lembah sunyi tempat merenung hehe terlebih saya tinggal di kota. Makanya malam menjelang fajar adalah waktu favorit saya, karena badan sudah fresh baru terbangun, pikiran terasa bening karena keheningan suasana, saya suka sekali merenung pada saat-saat seperti itu. Hmmmmm
Selasa, 20 Oktober 2015
Dan Pengembaraan Pun Berlanjut
Bismillah...
Hidup sejatinya hanya pengembaraan, dari alam rahim ke alam dunia, bahkan kelak ke alam barzakh hingga menetap di akhirat. Maka ketika di dunia ini kita ditàkdirkan berpindah-pindah, maka itu hanyalah secuil bagian dari keseluruhan pengembaraan kita.
Hidup sebenarnya hanyalah perjalanan berkelana yang panjang, dari tahapan sejak kita bayi hingga menua. Maka jangan heran jika berpindah-pindah itu menjadi bagian takdirnya.
Menuju tempat baru, suasana dan orang-orang baru, memang tidaklah mudah, walaupun juga tidaklah sulit. Berkenalan dengan orang-orang baru, butuh sebuah seni. Terkadang kita dilenakan dengan keadaan, merasa betah dan nyaman dengan zona sekarang. Hingga merasa berat jika harus berganti zona. Padahal dengan itu Allah hendak membuat kita kaya, kaya akan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya. Ada sebuah nasehat yang bagus, bahwa untuk maju kita harus berani meninggalkan zona nyaman. Bahkan kapal pesiar yang cantik pun tidak dibuat untuk hanya bersandar selamanya di dermaga, tapi untuk membuang sauhnya dan menerjang ombak lautan, menjauhi dermaga yang aman.
Selamat datang zona baru ku, sebuah kantor dengan judul "direktorat jenderal" yang tentunya "sangat serius", jauh dari PA Manado yang...begitulah hehe. Aku akan sangat rindu dengan PA Manado dan kota Manado yang hampir segala urusan dan jarak masih jadi perkara mudah, menuju kota Jakarta untuk membaurkan diri dengan kemacetan, melebur dengan kerasnya hidup di ibukota negara. Dan tentu saja " membuang sauh" berupa kebersamaan dan perlindungan orang tua, menuju kerasnya lautan kehidupan. Bukankah ini semua hanya bagian kecil dari my grand itinerary?
So, hidup di dunia hanya mengembara. Dan pengembaraanku pun berlanjut. Bismillahi tawakkaltu ilallaah...
Bitung, 20 okt. 2015 antara bahagia, sedih dan optimis
Hidup sejatinya hanya pengembaraan, dari alam rahim ke alam dunia, bahkan kelak ke alam barzakh hingga menetap di akhirat. Maka ketika di dunia ini kita ditàkdirkan berpindah-pindah, maka itu hanyalah secuil bagian dari keseluruhan pengembaraan kita.
Hidup sebenarnya hanyalah perjalanan berkelana yang panjang, dari tahapan sejak kita bayi hingga menua. Maka jangan heran jika berpindah-pindah itu menjadi bagian takdirnya.
Menuju tempat baru, suasana dan orang-orang baru, memang tidaklah mudah, walaupun juga tidaklah sulit. Berkenalan dengan orang-orang baru, butuh sebuah seni. Terkadang kita dilenakan dengan keadaan, merasa betah dan nyaman dengan zona sekarang. Hingga merasa berat jika harus berganti zona. Padahal dengan itu Allah hendak membuat kita kaya, kaya akan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya. Ada sebuah nasehat yang bagus, bahwa untuk maju kita harus berani meninggalkan zona nyaman. Bahkan kapal pesiar yang cantik pun tidak dibuat untuk hanya bersandar selamanya di dermaga, tapi untuk membuang sauhnya dan menerjang ombak lautan, menjauhi dermaga yang aman.
Selamat datang zona baru ku, sebuah kantor dengan judul "direktorat jenderal" yang tentunya "sangat serius", jauh dari PA Manado yang...begitulah hehe. Aku akan sangat rindu dengan PA Manado dan kota Manado yang hampir segala urusan dan jarak masih jadi perkara mudah, menuju kota Jakarta untuk membaurkan diri dengan kemacetan, melebur dengan kerasnya hidup di ibukota negara. Dan tentu saja " membuang sauh" berupa kebersamaan dan perlindungan orang tua, menuju kerasnya lautan kehidupan. Bukankah ini semua hanya bagian kecil dari my grand itinerary?
So, hidup di dunia hanya mengembara. Dan pengembaraanku pun berlanjut. Bismillahi tawakkaltu ilallaah...
Bitung, 20 okt. 2015 antara bahagia, sedih dan optimis
Jumat, 09 Oktober 2015
Kakakku, mengapa anti berubah...
Assalamualaikum, salam termanis untuk kakakku, akhwat senior dan kukenal shalihah serta tangguh di kampus dulu.
Kakakku, mengapa engkau dan beberapa temanmu kulihat berubah? Rentang belasan tahun yang memisahkan kita, dengan hidup dan karir masing-masing telah menghantarkan kita pada pertemuan yang mengejutkan. Rasa kangen dan kenangan indah sewaktu kita masih bersama di jalan partai (maaf bukan jalan dakwah kak, tapi jalan partai) masih membayangiku, namun aku terkejut akan sesuatu. Perubahanmu.
Kakakku Shalihah, ingatkah dulu, jilbabmu yang panjang menutupi dada hingga perut dan belakangnya, warna jilbab yang polos anti tabarruj, ingat kak? Kak, aku memakai jilbab panjang karena MENGIKUTIMU, mencontohmu, meneladanimu. Ketika kita semangat dalam jalan partai, aku menikmati kesederhanaan bahkan kesusahan kita, karena itulah daya juang kita tumbuh besar, Allahuakbar! Itulah sebuat kalimat yang sering kita pekikkan untuk membakar semangat.
Lalu kemudian di tengah jalan kita mulai terpisah. Aku yang tersadar bahwa aku hanyalah mengikuti jalan partai, bukan jalan dakwah memilih keluar dari jalan partai yang mengarah ke politik praktis. Kamu wahai Kakak, perlahan menjauhiku. Mencap aku sebagai "yang berguguran di jalan dakwah". Itu tidak mengapa kak. Hanyalah pembelajaran dari Allah bahwa ukhuwahmu ternyata bukan karena Allah tapi karena partai. Aku terima itu.
Namun kak, mengapa kini engkau dan beberapa temanmu berubah? Engkau memang masih menyebarkan kebaikan, namun kenapa memendekkan jilbab? Mengapa kini bertabarruj? Kemana idealismemu? Kenapa ?
Waktu memang telah mengubah segalanya. Waktulah sebenarnya yang menguji apa kita bertahan atau tidak. Aku tidak hendak menilai bahwa perubahanmu menurunkan keshalihanmu. Aku hanya prihatin bahwa kita termakan trend. Padahal untuk menarik simpati orang-orang, agar mau bergabung dengan jalanmu, bukanlah dengan mengikuti trend kak. Tapi cukup jadi diri sendiri. Dan bermuamalah dengan mereka secara baik. Itu saja.
Maaf kak jika tulisanku menyinggungmu. Sebab akupun sedang menyinggung diriku sendiri, mencambuk diriku. Semoga Allah mewafatkan kita dalam khusnul khotimah, amiinn...
Wassalamualaikum, salam manis tuk Kakakku cantik.
Kakakku, mengapa engkau dan beberapa temanmu kulihat berubah? Rentang belasan tahun yang memisahkan kita, dengan hidup dan karir masing-masing telah menghantarkan kita pada pertemuan yang mengejutkan. Rasa kangen dan kenangan indah sewaktu kita masih bersama di jalan partai (maaf bukan jalan dakwah kak, tapi jalan partai) masih membayangiku, namun aku terkejut akan sesuatu. Perubahanmu.
Kakakku Shalihah, ingatkah dulu, jilbabmu yang panjang menutupi dada hingga perut dan belakangnya, warna jilbab yang polos anti tabarruj, ingat kak? Kak, aku memakai jilbab panjang karena MENGIKUTIMU, mencontohmu, meneladanimu. Ketika kita semangat dalam jalan partai, aku menikmati kesederhanaan bahkan kesusahan kita, karena itulah daya juang kita tumbuh besar, Allahuakbar! Itulah sebuat kalimat yang sering kita pekikkan untuk membakar semangat.
Lalu kemudian di tengah jalan kita mulai terpisah. Aku yang tersadar bahwa aku hanyalah mengikuti jalan partai, bukan jalan dakwah memilih keluar dari jalan partai yang mengarah ke politik praktis. Kamu wahai Kakak, perlahan menjauhiku. Mencap aku sebagai "yang berguguran di jalan dakwah". Itu tidak mengapa kak. Hanyalah pembelajaran dari Allah bahwa ukhuwahmu ternyata bukan karena Allah tapi karena partai. Aku terima itu.
Namun kak, mengapa kini engkau dan beberapa temanmu berubah? Engkau memang masih menyebarkan kebaikan, namun kenapa memendekkan jilbab? Mengapa kini bertabarruj? Kemana idealismemu? Kenapa ?
Waktu memang telah mengubah segalanya. Waktulah sebenarnya yang menguji apa kita bertahan atau tidak. Aku tidak hendak menilai bahwa perubahanmu menurunkan keshalihanmu. Aku hanya prihatin bahwa kita termakan trend. Padahal untuk menarik simpati orang-orang, agar mau bergabung dengan jalanmu, bukanlah dengan mengikuti trend kak. Tapi cukup jadi diri sendiri. Dan bermuamalah dengan mereka secara baik. Itu saja.
Maaf kak jika tulisanku menyinggungmu. Sebab akupun sedang menyinggung diriku sendiri, mencambuk diriku. Semoga Allah mewafatkan kita dalam khusnul khotimah, amiinn...
Wassalamualaikum, salam manis tuk Kakakku cantik.
i know...
Well, i know...
Aku sadar, punya banyak kekurangan. Kurang sempurna. Dan entah kenapa sejak dulu aku begini. Kadang ku kira hampir mengidap kelainan jiwa hikss
Suka iri dengan mereka yang maju pesat dengan sgala kesempurnaan, suatu keadaan yang memaksaku menarik dan menutup diri, bergelung dalam selimut di balik tempurungku.
Katak dalam tempurung?? Ya ya. Silakan juluki aku dengan istilah itu. Ansos alias anti sosial? Silakan beri gelar itu, ada benarnya kok. Aku lebih nyaman hidup dalam imajinasiku sendiri. Hei, jangan kira hanya anak balita yang memiliki teman bayangan, aku yang sudah tua bangka ini pun punya.
Well, i know...
Hampir tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku. Aku tidak cantik seperti mereka, kurang cerdas seperti mereka. Aku naif. Kurang berprestasi. Tidak bakat berbisnis. Tapi paling tidak otak dan akalku kadang masih berfungsi.
Well i know...
Jika ingat semua dosa salah dan kekuranganku kadang ku ingin bumi tempatku berpijak terbelah lalu aku terjun ke dalamnya, atau ingin mengasingkan diri ke suatu tempat yang tenang. Tapi inilah realita, paling tidak aku masih memiliki tempurungku untuk ku bergelung disana.
Aku benar-benar cuma orang asing yang sedang mengembara...
(Ditulis saat sedang merasa "kerene" alias down)
Aku sadar, punya banyak kekurangan. Kurang sempurna. Dan entah kenapa sejak dulu aku begini. Kadang ku kira hampir mengidap kelainan jiwa hikss
Suka iri dengan mereka yang maju pesat dengan sgala kesempurnaan, suatu keadaan yang memaksaku menarik dan menutup diri, bergelung dalam selimut di balik tempurungku.
Katak dalam tempurung?? Ya ya. Silakan juluki aku dengan istilah itu. Ansos alias anti sosial? Silakan beri gelar itu, ada benarnya kok. Aku lebih nyaman hidup dalam imajinasiku sendiri. Hei, jangan kira hanya anak balita yang memiliki teman bayangan, aku yang sudah tua bangka ini pun punya.
Well, i know...
Hampir tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku. Aku tidak cantik seperti mereka, kurang cerdas seperti mereka. Aku naif. Kurang berprestasi. Tidak bakat berbisnis. Tapi paling tidak otak dan akalku kadang masih berfungsi.
Well i know...
Jika ingat semua dosa salah dan kekuranganku kadang ku ingin bumi tempatku berpijak terbelah lalu aku terjun ke dalamnya, atau ingin mengasingkan diri ke suatu tempat yang tenang. Tapi inilah realita, paling tidak aku masih memiliki tempurungku untuk ku bergelung disana.
Aku benar-benar cuma orang asing yang sedang mengembara...
(Ditulis saat sedang merasa "kerene" alias down)
Sabtu, 03 Oktober 2015
Kangen Masa Menulis
Sewaktu SMA, aku suka menulis cerita fiksi. Hobi yang kugeluti karena suka membaca cerpen dan komik. Entah kenapa, dalam otak ini terasa ada byk imajinasi, dan jika imajinasi itu terlalu membebani kepala, maka akan kukeluarkan dalam bentuk tulisan cerpen. Jadi motivasiku menulis bukanlah utk dipublish, tapi semata-mata karena sudah tidak mampu menanggung imajinasi di kepala. Anggaplah seperti mulas ingin (maaf) BAB, lama-lama tidak tahan akhirnya harus dikeluarkan.
Akhirnya jadilah kumpulan ceritaku hanya tersimpan di laci meja, aku sangat minder untuk mempublishnya, apalagi mengirim ke majalah untuk dimuat. Satu-satunya pembaca setia çeritaku hanyalah seorang teman bernama Mariska, yang ternyata diam-diam juga suka menulis cerpen. Maka jadilah kami suka tukar-tukar cerpen dan saling kritik.
Kepala penuh imajinasi bukannya hal indah, karena jika sedang ingin menulis cerita, aku kadang suka "sakaw menulis". Tak peduli sedang belajar di kelas, sedang musim ulangan atau saat tengah malam, tanganku tidak dapat menahan diri untuk menulis, bahkan hingga berlembar-lembar hasilnya. Sakaw menulis yang dahsyat kualami saat sedang ulangan catur wulan, ketika siswa lain sibuk belajar aku hanya menulis, bahkan hingga larut malam. Jadinya aku sama sekali tidak belajar. Modalku untuk ulangan hanyalah sisa-sisa ingatanku tentang pelajaran saat kegiatan belajar mengajar hehehe. Sibuk menulis selama seminggu lebih hingga mengacuhkan ulangan, jadilah cerita itu setebal satu buku tulis penuh ditambah setengah buku tulis, alias satu setengah buku. Aku tidak menyangka bisa seperti itu. Temanku bilang ini bukan cerpen lagi tapi sudah novel jadinya. Cerita panjang itu kuberi judul " Denting Piano di Tepian Telaga". Dan dengan malu-malu akhirnya kupinjami ke teman untuk mereka baca, dan hasilnya??? Mereka bilang bagus sih walaupun sad ending hehehe tokoh utamanya meninggal. Dan efek sampingnya, karena mengacuhkan ulangan maka rankingku di kelas terjun bebas, dari ranking 6 pada caturwulan lalu menjadi ranking 17. Papa sampai marah besar.
Kini, saat kesepian dan kekosongan mendera, keinginan untuk menulis kembali muncul. Semoga tidak sakaw menulis lagi takut mengganggu kinerjaku di kantor
Akhirnya jadilah kumpulan ceritaku hanya tersimpan di laci meja, aku sangat minder untuk mempublishnya, apalagi mengirim ke majalah untuk dimuat. Satu-satunya pembaca setia çeritaku hanyalah seorang teman bernama Mariska, yang ternyata diam-diam juga suka menulis cerpen. Maka jadilah kami suka tukar-tukar cerpen dan saling kritik.
Kepala penuh imajinasi bukannya hal indah, karena jika sedang ingin menulis cerita, aku kadang suka "sakaw menulis". Tak peduli sedang belajar di kelas, sedang musim ulangan atau saat tengah malam, tanganku tidak dapat menahan diri untuk menulis, bahkan hingga berlembar-lembar hasilnya. Sakaw menulis yang dahsyat kualami saat sedang ulangan catur wulan, ketika siswa lain sibuk belajar aku hanya menulis, bahkan hingga larut malam. Jadinya aku sama sekali tidak belajar. Modalku untuk ulangan hanyalah sisa-sisa ingatanku tentang pelajaran saat kegiatan belajar mengajar hehehe. Sibuk menulis selama seminggu lebih hingga mengacuhkan ulangan, jadilah cerita itu setebal satu buku tulis penuh ditambah setengah buku tulis, alias satu setengah buku. Aku tidak menyangka bisa seperti itu. Temanku bilang ini bukan cerpen lagi tapi sudah novel jadinya. Cerita panjang itu kuberi judul " Denting Piano di Tepian Telaga". Dan dengan malu-malu akhirnya kupinjami ke teman untuk mereka baca, dan hasilnya??? Mereka bilang bagus sih walaupun sad ending hehehe tokoh utamanya meninggal. Dan efek sampingnya, karena mengacuhkan ulangan maka rankingku di kelas terjun bebas, dari ranking 6 pada caturwulan lalu menjadi ranking 17. Papa sampai marah besar.
Kini, saat kesepian dan kekosongan mendera, keinginan untuk menulis kembali muncul. Semoga tidak sakaw menulis lagi takut mengganggu kinerjaku di kantor
Jumat, 29 Mei 2015
SALAH MBONCENG SUAMI ORANG
Assalamualaikum ... dapet kisah dari blog http://ahsanfile.com/2010/05/15/salah-mbonceng-suami-orang/ met disimak yaahh, lumayan menghibur dan mendidik hehehe..... ada pelajaran yang patut diambil....
SALAH MBONCENG SUAMI ORANG
Ini lebih tepatnya salah bawa istri atau salah suami pokoknya kaya itu lah !
Lupakan dulu kehidupan asramaku yang masih 3 minggu lagi. Saat pulang berlibur ini banyak cerita baru dari temen-temen. Salah satunya yang aku tulis ini. Kejadian ini nyata terjadi kata temenku beberapa waktu kemarin.
Dan biasanya yang paling duluan bisa selesai beres-beres adalah para suami atau laki-lakinya. Kalau akhwat dah pasti beres-beres peralatannya lebih lama. Soalnya dari mulai bawa si kecil, bawa tas, bawa ini dan itu bahkan sampai ada yang bawa perabotan dapur seperti gelas dan ceretnya.. xixixiii hayooo ngaku.
Nah saat bubaran tak ada kejadian apapun, semuanya tampak normal-normal saja. Saat itu jam 12.30 an.
Sampai ketika semua orang tinggal tersisa dikit, ada ikhwan yang mondar-mandir nyari seseorang. Kebetulan, teman ane ada yang jadi pedagang di sana otomatis pulangnya paling belakangan karena harus beres-beres. Temanku kemudian nanya pada ikhwan itu ( sebut saja A)
“Koq sepertinya gelisan, ada apa ?”, tanya temenku pada A.
Kemudian dijawab :
“Ini tumben istriku lama banget gak keluar-keluar”, padahal tadi udah janjian mau pulang duluan, soalnya ada acara !”
Terus di depan pintu lantai satu mesjid dari tadi juga tampak seorang akhwat sedang berdiri gelisah entah sedang apa. Kemudian temanku tanya pada A
“Lha itu siapa yang berdiri depan pintu yang dari tadi memperhatikan kita ?, bukankah dia istrimu ?”
Kemudian A menjawab :
“Bukan, aku kenal betul koq istriku”
OK temenku hampir pulang, tepatnya jam 13.30 (wah lama juga yah A nunggu istrinya !), kemudian datang seorang ikhwan datang membonceng seorang akhwat, tapi mboncengnya gak nempel. Kemudian akhwat itu turun dan langsung lari ke lantai satu. Sementara ikhwan yang baru darang itu (sebut saha B) datang ke temen kami dan A sambil gemetaran dan bilang :
“Aduh ampun, tobat…. ane salah bawa istri orang… gimana nih… gimana nih… ??”
Jreng…… A kemudian pasang muka serius… (jangan-jangan istrinya yang dibawa) Dan benar, akhwat yang baru saja datang itu adalah istrinya…. jreng…..
Seolah tak percaya A kemudian berganti melihat pada B. Tanpa di minta B menceritakan awal kejadiannya.
Seperti yang aku sebutkan di awal, biasanya para suami tinggal duduk manis di sebelum pintuk gerbang masjid, Ini juga yang dilakukan oleh B. Dia menanti istrinya datang. B bercerita sedang menanti dengan tenang, ada akhwat yang naik motornya, tanpa toleh ke belakang lagi dia langsung tancap gas.
B menceritakan kalau sepanjang jalan yang diboncengnya (dianggapnya istrinya) memeluk perutnya dari belakang (kebetulan B pengantin baru) …. bla bla. bla B dan yang diboncengnya bercerita tentang kajian tadi. Otomatis tak ada kecurigaan kalo mereka sebenarnya salah orang.
Sampai suatu perempatan jalan, si akhwat bertanya pada B, koq kita lewat jalan ini
Jawab si B, lho kan biasanya lewat sini. Nhaa di sini keduanya mulai sadar ternyata yang dibonceng adalah salah orang. Tuing…….
Kemudian B menepi dan berhenti, dan ternyata benar, akhwat yang diboncengnya bukan istrinya, padahal tadi di jalan sudah mesra-mesraan sampai ada acara peluk perut dan ndemblok (bahasa indonesianya = bersender dari belakang) haduuuhhh… gimana nih… keduanya kehilangan kata-kata….
Kemudian B berkata, ya udah balik aja ke masjid, pasti suamimu lagi menunggu di sana. Si akhwat bilang aku takutt… B bilang, ya udah ntar ane yang njelasin semua….
OK, kembali ke A dan temanku yang masih bengong mendengar cerita B. Temanku malah tertawa terbahak-bahak mendengar cerita itu. Sementara wajah B pucat pasi takut si A marah.
Temanku bercerita si A untuk beberapa saat kehilangan kata-kata dan tetap bengong. Mau marah pada siapa, yang jelas rasa tidak percaya dan heran campur aduk jadi satu.
Di saat yang bersamaan kedua akhwat yang bertemu dari jauh juga saling berbincang serius sekali.
Entah apa yang dipikirkan si A dan istri si B, yang jelas mengapa kejadian sempat boncengan mesra diceritakan segala… cembruuutuu….

OK deh sampe di sini temenku gak cerita banyak lagi. Terakhir ceritanya adalah mereka keempat orang itu kembali pada pasangannya masing-masing… dan pulang.
Yang jelas aku mbatin berpikir kaya gini.
Sepanjang jalan atau sesudah kejadian itu, istri B akan selalu cemburu bahwa suaminya pernah dipeluk wanita lain yang tidak syah… dan si B akan kehabisan akal untuk mencari alasan. Hanya satu alasan B menjawabnya “Habisnya dia langsung ngajak jalan, kebetulan udah masuk gigi 1, ya abi gak tengok-tengok lagi. tak pikir dia itu kamu….”.
Kemudian dari sisi A akan sering mengucapkan “Kamu sih asal naik motor aja tanpa liat siapa yang di depan “.
hwa ha ha ha… lepas ini adalah salah siapa, yang penting jangan sampai kejadian ini terulang yah sama temen-temen…
(tapi kalo ane jadi B, mau koq :evil: )
xixixiii
catatanku (Titi) : makanya jangan terburu2, terburu-buru itu tidaklah bijak dan enak hehehe
SALAH MBONCENG SUAMI ORANG
Ini lebih tepatnya salah bawa istri atau salah suami pokoknya kaya itu lah !
Lupakan dulu kehidupan asramaku yang masih 3 minggu lagi. Saat pulang berlibur ini banyak cerita baru dari temen-temen. Salah satunya yang aku tulis ini. Kejadian ini nyata terjadi kata temenku beberapa waktu kemarin.
Jadikanlah ini warning jangan sampai salah membawa istri orang bagi ikhwan atau jangan sampai salah dibawa suami orang lain bagi akhwat.Ceritanya bermula saat bubar pengajian rutin hari sabtu, ketika akan pulang. Sudah tahu semua kan, kalau saat ngaji antara ikhwan dan akhwat dipisah lantai, kebetulan mesjidnya 2 lantai. Ikhwan di lantai 2 dan akhwat di lantai 1.
Dan biasanya yang paling duluan bisa selesai beres-beres adalah para suami atau laki-lakinya. Kalau akhwat dah pasti beres-beres peralatannya lebih lama. Soalnya dari mulai bawa si kecil, bawa tas, bawa ini dan itu bahkan sampai ada yang bawa perabotan dapur seperti gelas dan ceretnya.. xixixiii hayooo ngaku.
Nah saat bubaran tak ada kejadian apapun, semuanya tampak normal-normal saja. Saat itu jam 12.30 an.
Sampai ketika semua orang tinggal tersisa dikit, ada ikhwan yang mondar-mandir nyari seseorang. Kebetulan, teman ane ada yang jadi pedagang di sana otomatis pulangnya paling belakangan karena harus beres-beres. Temanku kemudian nanya pada ikhwan itu ( sebut saja A)
“Koq sepertinya gelisan, ada apa ?”, tanya temenku pada A.
Kemudian dijawab :
“Ini tumben istriku lama banget gak keluar-keluar”, padahal tadi udah janjian mau pulang duluan, soalnya ada acara !”
Terus di depan pintu lantai satu mesjid dari tadi juga tampak seorang akhwat sedang berdiri gelisah entah sedang apa. Kemudian temanku tanya pada A
“Lha itu siapa yang berdiri depan pintu yang dari tadi memperhatikan kita ?, bukankah dia istrimu ?”
Kemudian A menjawab :
“Bukan, aku kenal betul koq istriku”
OK temenku hampir pulang, tepatnya jam 13.30 (wah lama juga yah A nunggu istrinya !), kemudian datang seorang ikhwan datang membonceng seorang akhwat, tapi mboncengnya gak nempel. Kemudian akhwat itu turun dan langsung lari ke lantai satu. Sementara ikhwan yang baru darang itu (sebut saha B) datang ke temen kami dan A sambil gemetaran dan bilang :
“Aduh ampun, tobat…. ane salah bawa istri orang… gimana nih… gimana nih… ??”
Jreng…… A kemudian pasang muka serius… (jangan-jangan istrinya yang dibawa) Dan benar, akhwat yang baru saja datang itu adalah istrinya…. jreng…..
Seolah tak percaya A kemudian berganti melihat pada B. Tanpa di minta B menceritakan awal kejadiannya.
Seperti yang aku sebutkan di awal, biasanya para suami tinggal duduk manis di sebelum pintuk gerbang masjid, Ini juga yang dilakukan oleh B. Dia menanti istrinya datang. B bercerita sedang menanti dengan tenang, ada akhwat yang naik motornya, tanpa toleh ke belakang lagi dia langsung tancap gas.
B menceritakan kalau sepanjang jalan yang diboncengnya (dianggapnya istrinya) memeluk perutnya dari belakang (kebetulan B pengantin baru) …. bla bla. bla B dan yang diboncengnya bercerita tentang kajian tadi. Otomatis tak ada kecurigaan kalo mereka sebenarnya salah orang.
Sampai suatu perempatan jalan, si akhwat bertanya pada B, koq kita lewat jalan ini
Jawab si B, lho kan biasanya lewat sini. Nhaa di sini keduanya mulai sadar ternyata yang dibonceng adalah salah orang. Tuing…….
Kemudian B menepi dan berhenti, dan ternyata benar, akhwat yang diboncengnya bukan istrinya, padahal tadi di jalan sudah mesra-mesraan sampai ada acara peluk perut dan ndemblok (bahasa indonesianya = bersender dari belakang) haduuuhhh… gimana nih… keduanya kehilangan kata-kata….
Kemudian B berkata, ya udah balik aja ke masjid, pasti suamimu lagi menunggu di sana. Si akhwat bilang aku takutt… B bilang, ya udah ntar ane yang njelasin semua….
OK, kembali ke A dan temanku yang masih bengong mendengar cerita B. Temanku malah tertawa terbahak-bahak mendengar cerita itu. Sementara wajah B pucat pasi takut si A marah.
Temanku bercerita si A untuk beberapa saat kehilangan kata-kata dan tetap bengong. Mau marah pada siapa, yang jelas rasa tidak percaya dan heran campur aduk jadi satu.
Di saat yang bersamaan kedua akhwat yang bertemu dari jauh juga saling berbincang serius sekali.
Entah apa yang dipikirkan si A dan istri si B, yang jelas mengapa kejadian sempat boncengan mesra diceritakan segala… cembruuutuu….

OK deh sampe di sini temenku gak cerita banyak lagi. Terakhir ceritanya adalah mereka keempat orang itu kembali pada pasangannya masing-masing… dan pulang.
Yang jelas aku mbatin berpikir kaya gini.
Sepanjang jalan atau sesudah kejadian itu, istri B akan selalu cemburu bahwa suaminya pernah dipeluk wanita lain yang tidak syah… dan si B akan kehabisan akal untuk mencari alasan. Hanya satu alasan B menjawabnya “Habisnya dia langsung ngajak jalan, kebetulan udah masuk gigi 1, ya abi gak tengok-tengok lagi. tak pikir dia itu kamu….”.
Kemudian dari sisi A akan sering mengucapkan “Kamu sih asal naik motor aja tanpa liat siapa yang di depan “.
hwa ha ha ha… lepas ini adalah salah siapa, yang penting jangan sampai kejadian ini terulang yah sama temen-temen…
(tapi kalo ane jadi B, mau koq :evil: )
xixixiii
catatanku (Titi) : makanya jangan terburu2, terburu-buru itu tidaklah bijak dan enak hehehe
Kamis, 09 April 2015
Suamiku Syurgaku
Assalamualaikum
Kami awalnya bukan siapa-siapa, tidak saling mengenal. Namun dengan jalan itulah Allah hendak mengenalkan "love at the first sight" buat kami. #halahh Pertemuan kami tidak pernah terjadi dengan sengaja, hanya sebatas hubungan peserta diklat dan panitia diklat semata. Bahkan saya sebagai peserta diklat merasa lebih akrab dengan panitia yang lainnya.
Alhamdulillah, Allah mengilhamkan niat untuk menikah padanya ketika ia merasa sudah tertarik pada saya #ehmm Maka dengan berani ia melangkah ke rumah orang tua saya untuk menjalani taaruf, dengan didampingi murabbinya. Singkat cerita, 3 bulan setelah diklat itu kamipun menikah.
Perlu perjuangan yang tidak mudah untuk mendapatkan rasa syurga dalam rumah tangga. Syurga tidak akan datang dengan sendirinya, namun harus diperjuangkan dengan berbekal ilmu serta keimanan. Walau hampir selalu ada gelombang yang menghantam bahtera RT, alhamdulillah sejauh ini kami masih tetap tegar dilautan kehidupan. Terima kasih suamiku, engkau adalah Nahkoda yang kuat dan tegar walau harus menghadapi terjangan ombak plus terkadang tingkah memberontak para anak buah yang engkau pimpin. Semoga Allah selalu merahmatimu dan memberikan hidayah dan petunjuk yang tiada putusnya serta kesabaran yang tak terbatas agar bahtera ini selamat sampai di tujuan kita, yaitu Syurga Allah yang abadi, amiiinnn
merindukan Rahmad Agung.....
Kami awalnya bukan siapa-siapa, tidak saling mengenal. Namun dengan jalan itulah Allah hendak mengenalkan "love at the first sight" buat kami. #halahh Pertemuan kami tidak pernah terjadi dengan sengaja, hanya sebatas hubungan peserta diklat dan panitia diklat semata. Bahkan saya sebagai peserta diklat merasa lebih akrab dengan panitia yang lainnya.
Alhamdulillah, Allah mengilhamkan niat untuk menikah padanya ketika ia merasa sudah tertarik pada saya #ehmm Maka dengan berani ia melangkah ke rumah orang tua saya untuk menjalani taaruf, dengan didampingi murabbinya. Singkat cerita, 3 bulan setelah diklat itu kamipun menikah.
Perlu perjuangan yang tidak mudah untuk mendapatkan rasa syurga dalam rumah tangga. Syurga tidak akan datang dengan sendirinya, namun harus diperjuangkan dengan berbekal ilmu serta keimanan. Walau hampir selalu ada gelombang yang menghantam bahtera RT, alhamdulillah sejauh ini kami masih tetap tegar dilautan kehidupan. Terima kasih suamiku, engkau adalah Nahkoda yang kuat dan tegar walau harus menghadapi terjangan ombak plus terkadang tingkah memberontak para anak buah yang engkau pimpin. Semoga Allah selalu merahmatimu dan memberikan hidayah dan petunjuk yang tiada putusnya serta kesabaran yang tak terbatas agar bahtera ini selamat sampai di tujuan kita, yaitu Syurga Allah yang abadi, amiiinnn
merindukan Rahmad Agung.....
Rabu, 08 April 2015
Raudhatul Athfal Terpadu Al Kautsar Manado
Assalamualaikum
Menyambung bahasan terdahulu tentang keluarga kecil kami yang tidak lagi memakai jasa ART, maka suatu anugerah luar biasa sewaktu kami mengetahui bahwa di Manado terdapat sekolah TK Islam yang jam operasionalnya mulai 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Singkat cerita, setelah mengecek sana sini dan mempertimbangkan dengan matang, kamipun mantap mendaftarkan Umar bersekolah disana. Bukan semata-mata karena ingin menitipkan Umar disitu, namun kami memang sangat tertarik dengan program sekolahnya.
Saat mendaftar, kami menghabiskan 3jutaan rupiah yang terdiri dari uang pendaftaran, uang pangkal, uang sumbangan pembangunan, uang seragam 3 pasang berikut tas sekolah dan aneka buku serta peralatan sekolah semuanya seragam, uang sewa kasur untuk tidur siang dan SPP bulan pertama (Juli). Itupun tidak mesti dibayar kontan, dapat dicicil selama maksimal 6 bulan. Dan setelah itu hanya berlaku uang SPP perbulannya Rp.400.000,- yang mana dalam SPP tersebut sudah include makan siang. Sekolah memang mewajibkan siswanya makan siang bersama dan dimasak oleh sekolah agar tidak terjadi kesenjangan bekal makan siang anak-anak, jangan sampai anak yang satu makannya ayam sementara anak yang lain makannya tempe misalnya. Juga pihak sekolah melarang keras pemakaian "msg", oleh karena itu mereka memasak makan siang para siswa salah satunya agar tidak terbiasa mengkonsumsi makanan mengandung msg.
Adapun kegiatan selama di sekolah, paginya belajar seperti biasa termasuk praktek ibadah dan muraja'ah pelajaran dan hafalan. Pagi dan sore hari para siswa mendapat snack dan minum susu kotak. Siangnya setelah makan siang dan sholat berjamaah, merekapun tidur siang berjamaah hehehe ruangan kelas seketika disulap para Ustadzah menjadi ruang tidur massal. Dan hebatnya, seketika sekolah jadi hening oleh dengkuran halus para siswa yang tertidur pulas. Sorenya setelah bangun mereka kembali melanjutkan menghafal dan bersiap-siap dijemput pulang orang tua. Luar Biasa! Disekolah itu saya melihat para siswanya tidak hanya bersekolah saja, tapi sudah menjadi seperti Rumah Ke Dua buat mereka. Dimana waktunya tidak melulu habis untuk belajar tapi juga bermain, makan dan tidur. Sangat recommended deh buat para orangtua karena sekolah ini juga selain mengajarkan pelajaran TK sebagaimana biasanya, juga mengajarkan hal-hal prinsip tentang Islam yang rasanya sukar didapat di sekolah lain. Misalkan larangan merayakan ulang tahun, serta perayaan-perayaan lainnya yang tidak diajarkan dalam Islam. Masya Allah...semoga Allah merahmati dan memakmurkan sekolah ini.
Sayang sekali saya tidak berhasil mengabadikan gambar untuk sekolah maupun tenaga pengajarnya, karena mereka para Ustadzah mengenakan busana sangat rapat hingga menutup wajah ketika di luar. Adapun jika mengajar, mereka bebas membuka cadar mereka.
Menyambung bahasan terdahulu tentang keluarga kecil kami yang tidak lagi memakai jasa ART, maka suatu anugerah luar biasa sewaktu kami mengetahui bahwa di Manado terdapat sekolah TK Islam yang jam operasionalnya mulai 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Singkat cerita, setelah mengecek sana sini dan mempertimbangkan dengan matang, kamipun mantap mendaftarkan Umar bersekolah disana. Bukan semata-mata karena ingin menitipkan Umar disitu, namun kami memang sangat tertarik dengan program sekolahnya.
Saat mendaftar, kami menghabiskan 3jutaan rupiah yang terdiri dari uang pendaftaran, uang pangkal, uang sumbangan pembangunan, uang seragam 3 pasang berikut tas sekolah dan aneka buku serta peralatan sekolah semuanya seragam, uang sewa kasur untuk tidur siang dan SPP bulan pertama (Juli). Itupun tidak mesti dibayar kontan, dapat dicicil selama maksimal 6 bulan. Dan setelah itu hanya berlaku uang SPP perbulannya Rp.400.000,- yang mana dalam SPP tersebut sudah include makan siang. Sekolah memang mewajibkan siswanya makan siang bersama dan dimasak oleh sekolah agar tidak terjadi kesenjangan bekal makan siang anak-anak, jangan sampai anak yang satu makannya ayam sementara anak yang lain makannya tempe misalnya. Juga pihak sekolah melarang keras pemakaian "msg", oleh karena itu mereka memasak makan siang para siswa salah satunya agar tidak terbiasa mengkonsumsi makanan mengandung msg.
Adapun kegiatan selama di sekolah, paginya belajar seperti biasa termasuk praktek ibadah dan muraja'ah pelajaran dan hafalan. Pagi dan sore hari para siswa mendapat snack dan minum susu kotak. Siangnya setelah makan siang dan sholat berjamaah, merekapun tidur siang berjamaah hehehe ruangan kelas seketika disulap para Ustadzah menjadi ruang tidur massal. Dan hebatnya, seketika sekolah jadi hening oleh dengkuran halus para siswa yang tertidur pulas. Sorenya setelah bangun mereka kembali melanjutkan menghafal dan bersiap-siap dijemput pulang orang tua. Luar Biasa! Disekolah itu saya melihat para siswanya tidak hanya bersekolah saja, tapi sudah menjadi seperti Rumah Ke Dua buat mereka. Dimana waktunya tidak melulu habis untuk belajar tapi juga bermain, makan dan tidur. Sangat recommended deh buat para orangtua karena sekolah ini juga selain mengajarkan pelajaran TK sebagaimana biasanya, juga mengajarkan hal-hal prinsip tentang Islam yang rasanya sukar didapat di sekolah lain. Misalkan larangan merayakan ulang tahun, serta perayaan-perayaan lainnya yang tidak diajarkan dalam Islam. Masya Allah...semoga Allah merahmati dan memakmurkan sekolah ini.
Sayang sekali saya tidak berhasil mengabadikan gambar untuk sekolah maupun tenaga pengajarnya, karena mereka para Ustadzah mengenakan busana sangat rapat hingga menutup wajah ketika di luar. Adapun jika mengajar, mereka bebas membuka cadar mereka.
Keluarga Kecil Mandiri
Assalamualaikum
Menjadi orang tua dengan 2 anak kecil dan mempunyai karir masing-masing, memang sangat membutuhkan kehadiran asisten rumah tangga. Kami sempat memakai jasa asisten rumah tangga/pengasuh anak dimasa-masa awal kelahiran Umar tahun 2009. Namun ternyata membina hubungan dengan asisten rumah tangga (ART) gampang-gampang susah ya. Sudahlah meresakan cape bekerja dan mengurus anak kala malam, kadang masih harus ditambah pusing dengan ulah kelakuan sang ART. Kami sempat gonta-ganti ART sampai 6 kali sejak 2009 hingga 2012, hingga akhirnya saya terserang penyakit TBC dan harus berobat intensif selama 6 bulan, Suami yang sedang tugas belajar Diploma IV STAN terpaksa mengungsikan anak-anak dari Manado ke Tangerang untuk diurus sama Eyang-Eyangnya sementara. Sayapun sendirian di Manado menahan rindu sambil berobat.
Alhamdulillah ketika saya dinyatakan sembuh dari TBC pada Januari 2013, bersamaan dengan kelulusan tugas belajar Suami, maka kami pun berkumpul kembali di Manado. Kami pun memutuskan tidak lagi mempekerjakan ART. Kami berbagi tugas, baik tugas dalam rumah maupun tugas mengasuh anak. Saat kami bekerja, masing-masing kami membawa 1 anak. Umar ikut Abinya dan Nadia ikut saya ke kantor. Dimulailah romantika sebuah keluarga kecil yang benar-benar mandiri. Dengan segala suka duka kami lalui semua itu. Alhamdulillah kehadiran anak-anak di kantor tidak menimbulkan masalah yang berarti. Bahkan di kantor saya, beberapa pegawai yang berstatus "emak" juga membawa anak-anak, jadi Nadia tidak sendirian di kantor. Adapun Umar hanya beberapa bulan saja ikut Abinya ke kantor karena pada Juli 2013 ia sudah bersekolah di RAT Al Kautsar Komo Luar Manado, sebuah TK Islam terpadu yang mempunyai jam operasional dari jam 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Pagi sampai sore??? begitu tanya teman-teman dan keluargaku tidak percaya. Yuppp. Beneran. Semula saya juga berpikir, TK apaaan ya yang waktunya dari pagi sampai sore, mirip kantor he he he. Namun ternyata demikian adanya. Insya Allah akan saya bahas tentang TK ini di lain waktu.
Tiap awal hari, sebelum waktu subuh perjuangan mengawali hari dimulai dengan bangun pukul 4 dini hari, jika malamnya tidak sempat menyeterika maka bangun dipercepat 1 jam yaitu jam 3 dini hari untuk nyeterika. Setelah itu mulai sibuk di dapur, menyiapkan rebusan air untuk minum dan mandi, cuci piring dan berbenah. Suami pun tidak ketinggalan, tugasnya di waktu pagi adalah mencuci baju (pakai mesin) dan membuat sarapan disaat saya sibuk membangunkan dan memandikan anak-anak. Selesai anak-anak mandi, kami pun mandi kemudian sarapan berempat sambil nonton tv, itu biasanya jam setengah 7 pagi. Kami memang membiasakan untuk sarapan dahulu sebelum berangkat beraktivitas. Alhamdulillah kami tidak terlambat ke kantor. Kalaupun terlambat biasanya karena musibah ban motor yang kempis, just it hehehe
Alhamdulillah walaupun membawa Nadia, tapi pekerjaan saya relatif tidak terganggu. Resepnya ialah : di kantor hanya BEKERJA dan MENGASUH anak. Tidak usah ngobrol panjang lebar dengan sesama teman kala lagi kurang kerjaan hehehe sesampai di kantor, saya akan menyetel video edukasi anak produksi Kastari Sentra di laptop pribadi saya, yaitu video kartun dengan karakter Diva yang berisi edukasi Islami untuk anak Balita, dan alhamdulillah Nadia senang dan ketagihan nonton. Jadi saat Nadia dan teman-temannya nonton, kami pun para emak bisa bekerja dengan tenang hehehe saat jam 11.30 siang saatnya untuk menyuapi Nad makan siang, kemudian jam 12 siang bersiap-siap bobo. Disamping meja kerja saya sudah menyiapkan tempat khusus untuk Nad bobo, lengkap dengan bantal boneka, karpet alas, kipas angin kecil dan macam-macam perlengkapan Nad mulai dari piring hingga peralatan mandi. Semuanya saya tata di sudut hingga tidak nampak kayak "rumah pindah ke kantor" hehehe. Saya membiasakan memutarkan album Maher Zain secara ssayup-sayup saat Nad akan bobo, dimulai dengan lagu Insya Allah, dan biasanya setelah selesai lagu Insya Allah Nad sudah tertidur, dan lagu-lagu Maher Zain selanjutnya pun tetap akan mengalun dengan sayup-sayup menemani tidur siang Nad. Mengapa saya membiasakan begitu? Agar ketika Nad bobo pendengarannya sudah terkonsentrasi di musik yang sayup-sayup, dengan demikian ketika ada suara gaduh atau pintu yang terbanting, Nad tetap bobo pulas dan nyenyak hehehe. Saat Nad bobo saya tetap bekerja seperti biasa, hingga Nad terbangun biasanya jam 14.30. Selepas sholat Ashar waktunya untuk memandikan Nad dan ganti baju agar saat dijemput Suami jam 16.30 Nad sudah segar dan wangi hehehe
Cape? WOW!!! jangan ditanya. cape luar biasa. Namun ada kebahagiaan tersendiri menjalani hidup seperti ini tanpa ART. Kami sekeluarga jadi makin kompak karena mengerjakan semuanya, hubungan dengan anak-anak pun makin erat. Dan dengan itu juga membuat kami berempat jadi terbiasa disiplin dengan semua jadwal di hari kerja. Adapun di hari libur sabtu minggu, kami tidak membuat jadwal apapun. Itu adalah hari untuk bermalas-malasan he he he atau hari untuk jalan-jalan. Hidup harus seimbang, jika sudah menempa diri di senin hingga jumat, maka sabtu minggu adalah hiburannya. Dan Alhamdulillah ternyata kami bisa hidup tanpa ART.
Menjadi orang tua dengan 2 anak kecil dan mempunyai karir masing-masing, memang sangat membutuhkan kehadiran asisten rumah tangga. Kami sempat memakai jasa asisten rumah tangga/pengasuh anak dimasa-masa awal kelahiran Umar tahun 2009. Namun ternyata membina hubungan dengan asisten rumah tangga (ART) gampang-gampang susah ya. Sudahlah meresakan cape bekerja dan mengurus anak kala malam, kadang masih harus ditambah pusing dengan ulah kelakuan sang ART. Kami sempat gonta-ganti ART sampai 6 kali sejak 2009 hingga 2012, hingga akhirnya saya terserang penyakit TBC dan harus berobat intensif selama 6 bulan, Suami yang sedang tugas belajar Diploma IV STAN terpaksa mengungsikan anak-anak dari Manado ke Tangerang untuk diurus sama Eyang-Eyangnya sementara. Sayapun sendirian di Manado menahan rindu sambil berobat.
Alhamdulillah ketika saya dinyatakan sembuh dari TBC pada Januari 2013, bersamaan dengan kelulusan tugas belajar Suami, maka kami pun berkumpul kembali di Manado. Kami pun memutuskan tidak lagi mempekerjakan ART. Kami berbagi tugas, baik tugas dalam rumah maupun tugas mengasuh anak. Saat kami bekerja, masing-masing kami membawa 1 anak. Umar ikut Abinya dan Nadia ikut saya ke kantor. Dimulailah romantika sebuah keluarga kecil yang benar-benar mandiri. Dengan segala suka duka kami lalui semua itu. Alhamdulillah kehadiran anak-anak di kantor tidak menimbulkan masalah yang berarti. Bahkan di kantor saya, beberapa pegawai yang berstatus "emak" juga membawa anak-anak, jadi Nadia tidak sendirian di kantor. Adapun Umar hanya beberapa bulan saja ikut Abinya ke kantor karena pada Juli 2013 ia sudah bersekolah di RAT Al Kautsar Komo Luar Manado, sebuah TK Islam terpadu yang mempunyai jam operasional dari jam 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Pagi sampai sore??? begitu tanya teman-teman dan keluargaku tidak percaya. Yuppp. Beneran. Semula saya juga berpikir, TK apaaan ya yang waktunya dari pagi sampai sore, mirip kantor he he he. Namun ternyata demikian adanya. Insya Allah akan saya bahas tentang TK ini di lain waktu.
Tiap awal hari, sebelum waktu subuh perjuangan mengawali hari dimulai dengan bangun pukul 4 dini hari, jika malamnya tidak sempat menyeterika maka bangun dipercepat 1 jam yaitu jam 3 dini hari untuk nyeterika. Setelah itu mulai sibuk di dapur, menyiapkan rebusan air untuk minum dan mandi, cuci piring dan berbenah. Suami pun tidak ketinggalan, tugasnya di waktu pagi adalah mencuci baju (pakai mesin) dan membuat sarapan disaat saya sibuk membangunkan dan memandikan anak-anak. Selesai anak-anak mandi, kami pun mandi kemudian sarapan berempat sambil nonton tv, itu biasanya jam setengah 7 pagi. Kami memang membiasakan untuk sarapan dahulu sebelum berangkat beraktivitas. Alhamdulillah kami tidak terlambat ke kantor. Kalaupun terlambat biasanya karena musibah ban motor yang kempis, just it hehehe
Alhamdulillah walaupun membawa Nadia, tapi pekerjaan saya relatif tidak terganggu. Resepnya ialah : di kantor hanya BEKERJA dan MENGASUH anak. Tidak usah ngobrol panjang lebar dengan sesama teman kala lagi kurang kerjaan hehehe sesampai di kantor, saya akan menyetel video edukasi anak produksi Kastari Sentra di laptop pribadi saya, yaitu video kartun dengan karakter Diva yang berisi edukasi Islami untuk anak Balita, dan alhamdulillah Nadia senang dan ketagihan nonton. Jadi saat Nadia dan teman-temannya nonton, kami pun para emak bisa bekerja dengan tenang hehehe saat jam 11.30 siang saatnya untuk menyuapi Nad makan siang, kemudian jam 12 siang bersiap-siap bobo. Disamping meja kerja saya sudah menyiapkan tempat khusus untuk Nad bobo, lengkap dengan bantal boneka, karpet alas, kipas angin kecil dan macam-macam perlengkapan Nad mulai dari piring hingga peralatan mandi. Semuanya saya tata di sudut hingga tidak nampak kayak "rumah pindah ke kantor" hehehe. Saya membiasakan memutarkan album Maher Zain secara ssayup-sayup saat Nad akan bobo, dimulai dengan lagu Insya Allah, dan biasanya setelah selesai lagu Insya Allah Nad sudah tertidur, dan lagu-lagu Maher Zain selanjutnya pun tetap akan mengalun dengan sayup-sayup menemani tidur siang Nad. Mengapa saya membiasakan begitu? Agar ketika Nad bobo pendengarannya sudah terkonsentrasi di musik yang sayup-sayup, dengan demikian ketika ada suara gaduh atau pintu yang terbanting, Nad tetap bobo pulas dan nyenyak hehehe. Saat Nad bobo saya tetap bekerja seperti biasa, hingga Nad terbangun biasanya jam 14.30. Selepas sholat Ashar waktunya untuk memandikan Nad dan ganti baju agar saat dijemput Suami jam 16.30 Nad sudah segar dan wangi hehehe
Cape? WOW!!! jangan ditanya. cape luar biasa. Namun ada kebahagiaan tersendiri menjalani hidup seperti ini tanpa ART. Kami sekeluarga jadi makin kompak karena mengerjakan semuanya, hubungan dengan anak-anak pun makin erat. Dan dengan itu juga membuat kami berempat jadi terbiasa disiplin dengan semua jadwal di hari kerja. Adapun di hari libur sabtu minggu, kami tidak membuat jadwal apapun. Itu adalah hari untuk bermalas-malasan he he he atau hari untuk jalan-jalan. Hidup harus seimbang, jika sudah menempa diri di senin hingga jumat, maka sabtu minggu adalah hiburannya. Dan Alhamdulillah ternyata kami bisa hidup tanpa ART.
![]() | ||
para bocah dan sebagian emaknya di kantor |
Nad habis mandi di kantor, siap dijemput Abi |
![]() |
para bocah kantor lagi serius nonton Diva ketika para Emak bekerja |
![]() |
Nad bobo siang di kantor |
Nadia jelang masa TK
Assalamualaikum
Halimah Ainun Nadia, tidak terasa my baby girl itu sudah mau masuk TK. Nad yang beda usia 2 tahun dengan Mas nya, insyaAllah akan mulai bersekolah Juli tahun ini. Tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Sepertinya baru setahun lalu mengandungnya, membawanya kesana kemari dalam perut. Dan rasanya baru beberapa bulan lalu deh begadang malam mengasuh Nadia yang masih bayi. Tapi itulah, segala romantikanya tak terasa sudah mengantarkan kami di usianya yang jelang 4 tahun. Nadia bocah yang sangat aktif, dan suka mengemukakan pendapatnya, serta suka mengarang lagu he he he rupanya ada bakat seni juga. Mungkin menurun dari Opa buyutnya yang seorang pemain biola semasa hidup. Karena anak cewek, maka sekarang sudah suka pilih sendiri baju yang akan dia pakai, berbeda dengan Masnya yang cuek (mungkin karena laki2) terima aja baju yang dipilihkan Ummi. oh ya satu lagi ciri khas Nadia, paling ga suka dipakein baju yang ada kerah dan/atau retslitingnya he he he sekarang lagi masa memberikan pengertian agar Nad mau pake baju yang begitu. Soalnya seragam sekolahnya sudah pasti akan ada kancing dan retsliting. semoga jadi anak shalihah ya Nak, sehat-sehat selalu, amiinn....Ummi loves you (Umar dan Nadia)
Halimah Ainun Nadia, tidak terasa my baby girl itu sudah mau masuk TK. Nad yang beda usia 2 tahun dengan Mas nya, insyaAllah akan mulai bersekolah Juli tahun ini. Tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Sepertinya baru setahun lalu mengandungnya, membawanya kesana kemari dalam perut. Dan rasanya baru beberapa bulan lalu deh begadang malam mengasuh Nadia yang masih bayi. Tapi itulah, segala romantikanya tak terasa sudah mengantarkan kami di usianya yang jelang 4 tahun. Nadia bocah yang sangat aktif, dan suka mengemukakan pendapatnya, serta suka mengarang lagu he he he rupanya ada bakat seni juga. Mungkin menurun dari Opa buyutnya yang seorang pemain biola semasa hidup. Karena anak cewek, maka sekarang sudah suka pilih sendiri baju yang akan dia pakai, berbeda dengan Masnya yang cuek (mungkin karena laki2) terima aja baju yang dipilihkan Ummi. oh ya satu lagi ciri khas Nadia, paling ga suka dipakein baju yang ada kerah dan/atau retslitingnya he he he sekarang lagi masa memberikan pengertian agar Nad mau pake baju yang begitu. Soalnya seragam sekolahnya sudah pasti akan ada kancing dan retsliting. semoga jadi anak shalihah ya Nak, sehat-sehat selalu, amiinn....Ummi loves you (Umar dan Nadia)
![]() |
Umar Nadia di Trans Studio Makassar |
Cerita Fiksi Bagus
Assalamualaikum
cerita fiksi yang sangat menyentuh, terbaca pada suatu malam kala sepi mendera, sebuah fiksi karangan seseorang "namarappuccino", sangat mendalam dan mengena. berikut ceritanya :
Suamiku, Aku, dan Lelaki yang Aku Cintai Secara Rahasia
Ini kisah tentang (mantan) suamiku, aku, dan lelaki yang aku cintai secara rahasia tapi suamiku mengetahuinya.
Aku menyimpan cerita tentang lelaki itu dalam semacam note di tabletku. Aku beri pasword agar suamiku tidak tahu. Suamiku baik, mau menerimaku, sering memujiku, meski dia pendiam bukan main. Hal yang membuatku kadang-kadang kebosanan. Aku ingin hidupku lebih berwarna dengan banyak cerita dan banyak tawa.
Ini berbeda dengan cinta rahasiaku bersama lelaki itu. Lelaki itu bisa selalu membuatku tertawa. Dia tidak pernah kehabisan cerita.Bisa membuatku betah berlama-lama bersamanya.
Akhirnya aku menyerah. Aku memutuskan, tidak apa-apa aku yang lebih sering bercerita, dan biar suamiku yang menjadi pendengarnya. Adil. Karena mengharap dia bercerita dan membuatku tertawa itu tidak mungkin. Seperti pungguk merindukan bulan. Lagipula, aku tetap bisa mendapatkan tawa dari orang lain, seperti dari lelaki itu, misalnya.
Dia, suamiku, kemudian memang menjadi pendengar paling baik yang pernah aku kenal. Dia akan duduk di depanku berlama-lama. Tidak hanya mendengar tapi memperhatikan. Dia akan menaruh handphonenya, bukunya, atau apa saja yang sedang dia pegang atau kerjakan, hanya untuk mendengar aku bercerita. Dia bisa hapal apa yang kuceritakan saking perhatiannya.
Cukup menyenangkan, tapi belum cukup. Karena lama-lama, aku menjadi bosan. Aku masih ingin diberi lebih banyak tawa.
Lalu aku ingat pada suatu hari dia melihat mataku berbinar ketika bercerita tentang seseorang. Tentang lelaki itu, lelaki yang kusimpan ceritanya di note tabletku itu.
Dia memperhatikan, tersenyum, dan berkata, "Memiliki cinta selainku dan kamu jadikan rahasia itu tidak apa-apa. Bisa jadi, cinta itu ada karena kekuranganku atau kelebihan dia."
Aku terdiam. Jangan-jangan aku terlalu banyak bercerita tentang dia? Sial. Apakah kebahagiaanku ketika menceritakannya sebegitu kentara? Sampai berulang-ulang aku menceritakan dan aku tidak menyadarinya? Sial! Seharusnya aku lebih berhati-hati.
"Tapi jangan kamu pupuk," lanjut suamiku, "dan kamu biarkan berkembang. Jangan terlalu dekat dengannya, jangan berusaha membuatnya jatuh cinta, seberapapun kamu ingin melakukannya. Dan jangan terlalu perhatian dengannya. Seorang lelaki yang diperhatikan perempuan, bisa membuatnya jatuh cinta. Dan jika kamu terlalu perhatian dengannya, cinta yang lain--aku, bisa-bisa tidak kamu perhatikan lagi dan lama-lama cintaku ini mati."
Ada jeda dalam percakapan kami berdua. "Bagaimanapun juga, cinta yang diberi pupuk akan lebih bertahan daripada yang tidak. Yang diperhatikan, akan lebih kamu sayang. Jangan memupuk cinta rahasiamu dengan berlama-lama meluangkan waktu bersama dia. Hanya itu pesanku."
Aku terkejut. Dia tahu. Dia mengenali perasaan jatuh cintaku. Atau dia pernah membuka tabletku dan membaca note-noteku? Semoga tidak.
"Suatu hari nanti kamu akan mengerti." Katanya kemudian. Lalu dia mencium keningku, tersenyum, memelukku, dan tidur dengan membelakangiku. Seperti tidak boleh melihat wajahnya, matanya, atau lukanya malam itu. Aku tidak tahu. Karena semalaman aku merasa dia tidak tidur. Posisinya berubah terus sehingga membuatku terganggu. Aku juga sempat terbangun dan memergokinya hanya duduk di pinggir kasur, atau memandangiku yang sedang tertidur. Begitu tahu aku terbangun, dia hanya tersenyum.
Apa tatapan matanya itu sedang terluka? Sepertinya iya. Tapi aku terlalu mengantuk untuk memperhatikannya.
Kata orang, kita tidak akan pernah menyembunyikan kebohongan kepada orang yang kita cintai. Apakah itu benar? Apakah itu yang sekarang sedang terjadi? Dia tahu apa yang kututupi? Ya, Tuhan, jangan. Aku memuja lelaki itu, tapi aku juga tidak ingin melukai suamiku. Dua hal yang tidak mungkin, tapi aku usahakan agar mungkin.
Itu setahun lalu.
Dan, sekarang aku mengerti apa kata-katanya ketika aku memutuskan untuk meninggalkannya enam bulan setelah itu. Ketika cinta rahasiaku aku pupuk dengan mengobrol bersama lelaki itu setiap hari dan memperhatikannya setiap pagi. Menemani dia bercerita sampai tengah malam buta, menemani dia sampai aku tertawa bahagia saking nyamannya. Aku memenuhi hatiku dengan dia, dan bukan suamiku. Seperti ABG yang sedang tergila-gila. Dan, pelan-pelan, bayangan suamiku memang menghilang.
Sekarang aku mengerti apa yang dimaksudkannya dengan jangan memupuk cinta rahasiaku. Karena pada akhirnya, cinta rahasiaku jauh lebih bersemi dari cintaku kepada suamiku. Aku memupuk cinta rahasiaku dengan terus berpikir tentangnya, menulis tentangnya, dan menemaninya bercerita. Sedangkan suamiku? Lama-lama aku tidak pernah lagi mau berbagi cerita dengannya. Apa-pun yang dia katakan menjadi membosankan dan menyebalkan. Aku mulai rindu pada cinta rahasiaku, selalu. Dan, pelan-pelan, semua yang dilakukan suamiku sekarang terasa menyebalkan.
Mungkin ini yang dia katakan bahwa memiliki cinta rahasia itu tidak apa-apa, tapi jangan dilanjutkan dengan jangan berlama-lama meluangkan waktu bersamanya. Seperti melihat orang tampan ketika sedang jalan itu tidak apa-apa, asal jangan diteruskan dengan meminta nomor telepon dan berhubungan intens dengannya. Karena jika sebuah kekaguman dilanjutkan dengan kedekatan, lama-lama cinta yang lebih dulu datang akan berangsur menghilang, dan cinta baru yang akan menggantikan. Dan memang benar, cinta kepada suamiku sudah benar-benar tergantikan.
Intinya, cinta yang dulunya adalah rahasia menjadi semakin mendominasi hati dan pikiranku sampai aku memutuskan meninggalkan suamiku demi cinta rahasiaku itu.
Suamiku hanya tersenyum ketika itu. "Aku tahu hari ini akan datang." katanya. "Aku sudah mempersiapkan diri untuk melepasmu semenjak aku tahu kamu memiliki cinta rahasia di dalam hatimu. Sebenarnya aku berharap, itu hanya sebatas cinta rahasia, tidak kamu lanjutkan ke arah yang lebih dekat. Hanya kekaguman, lalu kamu hentikan. Tapi tidak apa. Pergilah bersama dia. Aku akan menalaktigakan kamu sekarang juga. Semoga kalian bahagia."
Aku belum pernah melihat seorang lelaki setabah itu. Melepaskan perempuan yang sangat dicintainya dengan tersenyum dan mendoakanku berbahagia. Aku beruntung pernah memilikinya. Pernah beruntung.
"Bagaimana dengan kamu?" tanyaku getir. Meski tidak lagi mencintainya, aku masih ikut merasakan lukanya.
Dia masih tersenyum. "Jangan khawatirkan aku. Kebahagiaanku tidak pernah tergantung orang lain. Bersama siapa pun aku bisa bahagia, sendiri pun aku juga bisa. Kamu berbeda. Kamu hanya bisa berbahagia dengan seseorang yang kamu harapkan, yang kamu inginkan benar-benar. Kalau aku tetap bisa menikmati teh ketika sebenarnya aku menginginkan kopi, tapi kamu tidak bisa. Kalau kamu ingin kopi harus mendapatkan kopi. Hari ini mendapat teh pun kamu akan mengejar kopi dan meninggalkan teh begitu melihat kopi."
Itu pahit. Aku merasa tersindir. Sial!
"Dan ingat," lanjutnya lagi. "Aku melepaskan bukan karena aku tidak mencintaimu atau tidak berniat memperjuangkan. Aku melepaskan karena aku tidak mau hidup dengan seseorang yang hati dan pikirannya bahkan tidak pernah bersamaku."
Aku tahu, batinku.
Tetapi ada kenyataan yang tiba-tiba saja aku tahu. Dia tidak berubah. Bahkan ketika kecewa dan marah pun, dia selalu bisa mengucapkan apa pun dengan tenang. Tidak membentak atau berlaku kasar. Dia tetap sama. Pria paling tenang dan datar yang pernah kutemukan. Meski hatinya mungkin hancur lebur pada saat ini. Pada saat harus melepaskan perempuan yang dia pernah mengatakan kalau dia beruntung memilikiku ini.
Untuk ketenangan dan senyumnya itu, mungkin aku akan merindukannya.
Tapi lupakan. Aku sudah memilih untuk meninggalkannya. Untuk bersama lelaki yang secara rahasia pernah aku cintai. Untuk bahagia yang sudah lama aku cari.
Dan kenyataannya, pilihanku benar. Aku lebih berbahagia bersama lelaki itu. Dia bisa membuatku tertawa, membelikan barang-barang yang aku suka, memelukku, memujiku, dan memberi aku bunga atau puisi cinta. Itu sangat menyenangkan.
Ya Tuhan. Aku jatuh cinta. He's adorable. And I feel loveable.
Sayangnya itu tidak bertahan lama. Sangat tidak bertahan lama.
Beberapa waktu kemudian, yang aku ketahui adalah bahwa lelaki itu, cinta rahasiaku yang dulu itu, ternyata tidak pernah mencintaiku, sepertinya. Dia hanya menganggapku perempuan seksi untuk selalu melayani nafsunya. Dia memuja tubuhku, bukan aku. Memuja kecantikanku, bukan aku. Memeluk tubuhku, bukan hatiku.
Awalnya, aku mengira, mungkin lelaki itu membutuhkan waktu lebih lama untuk menerimaku, jadi aku tetap memperjuangkannya. Lagipula aku sudah mengorbankan segalanya untuk dia. Dia pasti mau melakukan yang sama.
Tetapi, sebenarnya, seperti ini pun aku sudah senang. Cukup dia bisa sesering mungkin bersamaku. Itu saja. Tidak apa-apa kalau belum ada ikatan. Dia datang dan pergi ke tempatku dengan sesuka hati, dan aku selalu senang menyambutnya. Aku mungkin sudah gila. Aku sudah tahu aku hanya jadi pelampiasan nafsunya, tapi tetap mau melakukannya. Temanku bilang aku bodoh, aku bilang aku jatuh cinta.
Dan sampai waktu berlalu pun kisahku dengan lelaki itu tidak berubah. Masih sama. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan mengikatku.
Sampai suatu ketika, beberapa bulan kemudian, mantan suamiku meneleponku dan bertanya, 'Dia sudah meninggalkanmu?' Masih dengan suara serak dan ketenangannya. Aku bahkan seperti melihat senyumnya sekarang. Senyum yang selalu menenangkan. Entah kenapa sekarang ini aku benar-benar merindukan senyum itu dan perhatiannya.
Damn! Tiba-tiba aku rindu sekali pada mantan suamiku itu. Dan suaranya sekarang ini membuat airmataku turun tanpa bisa kukendalikan lagi.
Aku menjawab teleponnya dengan pura-pura tertawa, "Tentu saja tidak. Kami saling mencintai. Tidak terpisahkan." Aku tertawa lagi. Keras. Seperti air mataku yang juga mengalir lagi. Deras.
"Oh," jawab suara di seberang sana pelan.
Kami saling menutup telepon, lalu aku meremas undangan terkutuk berisi nama cinta rahasiaku dulu bersama nama seorang perempuan. Lelaki brengsek itu akan menikah bulan depan dengan gadis lain. Dia merahasiakannya kepadaku selama ini. Kalau tidak karena temanku yang memberitahukan undangan ini, aku juga tidak akan tahu. Dan dia pasti akan datang kepadaku, dengan tawanya seperti biasa, seolah-olah tidak melakukan dosa. Seperti malam tadi.
Aku yakin, mantan suamiku tahu kalau lelaki itu akan menikah dengan perempuan lain. Makanya dia meneleponku. Untuk meyakinkan apa aku baik-baik saja. Aku yakin.
____
"Jatuh cinta saja tidak cukup untuk berbahagia. Hati dan logika harus
disertakan ketika memutuskan untuk meninggalkan atau untuk bersama."
Author
Namarappuccino
Langganan:
Postingan (Atom)