tessssss

Sabtu, 03 Oktober 2015

Kangen Masa Menulis

Sewaktu SMA, aku suka menulis cerita fiksi. Hobi yang kugeluti karena suka membaca cerpen dan komik. Entah kenapa, dalam otak ini terasa ada byk imajinasi, dan jika imajinasi itu terlalu membebani kepala, maka akan kukeluarkan dalam bentuk tulisan cerpen. Jadi motivasiku menulis bukanlah utk dipublish, tapi semata-mata karena sudah tidak mampu menanggung imajinasi di kepala. Anggaplah seperti mulas ingin (maaf) BAB, lama-lama tidak tahan akhirnya harus dikeluarkan.

Akhirnya jadilah kumpulan ceritaku hanya tersimpan di laci meja, aku sangat minder untuk mempublishnya, apalagi mengirim ke majalah untuk dimuat. Satu-satunya pembaca setia çeritaku hanyalah seorang teman bernama Mariska, yang ternyata diam-diam juga suka menulis cerpen. Maka jadilah kami suka tukar-tukar cerpen dan saling kritik.

Kepala penuh imajinasi bukannya hal indah, karena jika sedang ingin menulis cerita, aku kadang suka "sakaw menulis". Tak peduli sedang belajar di kelas, sedang musim ulangan atau saat tengah malam, tanganku tidak dapat menahan diri untuk menulis, bahkan hingga berlembar-lembar hasilnya. Sakaw menulis yang dahsyat kualami saat sedang ulangan catur wulan, ketika siswa lain sibuk belajar aku hanya menulis, bahkan hingga larut malam. Jadinya aku sama sekali tidak belajar. Modalku untuk ulangan hanyalah sisa-sisa ingatanku tentang pelajaran saat kegiatan belajar mengajar hehehe. Sibuk menulis selama seminggu lebih hingga mengacuhkan ulangan, jadilah cerita itu setebal satu buku tulis penuh ditambah setengah buku tulis, alias satu setengah buku. Aku tidak menyangka bisa seperti itu. Temanku bilang ini bukan cerpen lagi tapi sudah novel jadinya. Cerita panjang itu kuberi judul " Denting Piano di Tepian Telaga". Dan dengan malu-malu akhirnya kupinjami ke teman untuk mereka baca, dan hasilnya??? Mereka bilang bagus sih walaupun sad ending hehehe tokoh utamanya meninggal. Dan efek sampingnya, karena mengacuhkan ulangan maka rankingku di kelas terjun bebas, dari ranking 6 pada caturwulan lalu menjadi ranking 17. Papa sampai marah besar.

Kini, saat kesepian dan kekosongan mendera, keinginan untuk menulis kembali muncul. Semoga tidak sakaw menulis lagi takut mengganggu kinerjaku di kantor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar