Jauh di dusun yang kecil, disitu
rumahku
Lama sudah kutinggalkan, aku rindu
Tahun tahun tlah berlalu, menambah rinduku
Nantikan kedatanganku dusunku
Lama sudah kutinggalkan, aku rindu
Tahun tahun tlah berlalu, menambah rinduku
Nantikan kedatanganku dusunku
Kuingin mengulang lagi
Kenangan masa kecilku
Kenangan hari natal yang bahagia
Kenangan natal di dusun yang kecil
Kenangan masa kecilku
Kenangan hari natal yang bahagia
Kenangan natal di dusun yang kecil
Nopember sebentar lagi berlalu dengan cepatnya, Desember pun kini di pelupuk mata. Salah satu bulan yang penuh dengan romantisme buat aku, karena mengingatkanku pada kota Manado kampung halamanku.
Yeah, sebagai daerah dengan mayoritas pemeluk Nasrani, gaung Natal terasa semarak di kota ini. Sejak masih bulan Nopember, ornamen dan pohon Natal sudah mulai terpasang di berbagai pusat perbelanjaan. Tiap hari dengar lagu Holly Night-nya Mariah Carey, Jingle Bell versi Eminem, Merry Christmast-nya Celine Dion, baik di mall-mall maupun di angkot-angkot.
Namun di antara beberapa lagu "wajib" Natal di Manado, ada sebuah lagu yang sangat berkesan buat aku. Lagu itu adalah "Kenangan Natal di Dusun Yang Kecil" , sebuah lagu lawas yang dinyanyikan Charles Hutagalung bersama seorang anak kecil.
Aku lahir dan besar di Manado, dengan dikelilingi keluarga, tetangga dan teman yang mayoritas Nasrani. Sejak kecil hingga sebelum menikah, aku menghabiskan Natal bersama keluarga besar Mama di rumah Oma dan Opa di desa Laikit, sebuah desa yang sejuk penuh dengan kebun dan telaga ikan mas, di kaki gunung Klabat, kabupaten Minahasa Utara.
Opaku
bernama Frans Apelles Wullur, seorang pensiunan tentara zaman Belanda. Omaku
bernama Dortje Lontoh. Mereka memiliki tujuh anak, yaitu : Mami Yul Wullur, Mami Syane Wullur, Mami Emma Wullur, Om Nico Wullur, Mami Marie Wullur, Corry Wullur (Mamaku), Om Reppy Wullur.
Setiap
tanggal 24 Desember aku sudah diboyong Mama ke Laikit, melewatkan malam Natal
bersama Oma dan Opa, bersenda gurau dengan sepupu dan Om serta Tante. Biasanya
saat sore aku dan sepupu asyik nonton film bersama, kemudian malamnya kami
membantu Oma dan Opa memasang dan menghias pohon Natal.
Besoknya,
seisi rumah pergi ke Gereja kecuali aku, kakakku, Mama dan Papa. Kami menanti
di rumah sambil menonton tv yang biasanya memutar film keluarga. Setelah balik
dari gereja baru deh rumah terasa ramai karena Mama dan kakak beradiknya
berkumpul bersama Oma dan Opa. Bersama kami makan ikan mas dan nila woku, duhh
enaknya. Entah kapan lagi bisa makan ikan mas woku khas desa Laikit yang legend
itu hiks hiks...
Kebiasaan
berkumpul tersebut tetap berlanjut hingga Opa meninggal di tahun 2001, kemudian Oma pun meninggal di tahun 2015. Setelah aku menikah dan merantau ke Jakarta,
semuanya tinggal kenangan. Tante-Tanteku di Manado masih rutin berkumpul ketika
Natal dan Tahun Baru, sementara aku hanya menatap keceriaan mereka di sosial
media. Senang deh melihat mereka tetap kompak dan sehat selalu.
Oh
ya, satu lagi kenangan masa kecilku ketika bulan Desember, apalagi kalau bukan
deg-degan ketika Sinterklas datang berkunjung di komplek rumahku. Meski yang
dikunjungi hanya rumah kawan-kawanku yang Nasrani, namun aku sering banget ikut
seru-seruannya. Paling dapet permen dari Sinterklas heheheh, setelah sebelumnya
harus lari karena dikejar para Zwarte Piet alias Piet Hitam yang
suka bawa karung buat diiisi dengan anak yang nakal katanya hehehehhe.
You
better wacht out, Santa Claus is coming.....begitu lagu yang khas yang
mengingatkan aku pada kenangan Sinterklas. Kenangan Natal di dusun yang kecil,
desa Laikit yang penuh dengan kebun Rambutan dan aneka buah, serta penuh dengan
telaga dengan teratai dan ikan mas. Entah kapan lagi bisa pulang ke sana.
Kangen sekali.
Dari sepupuku
yang bernama Richter, aku mendapatkan soft copy foto kenangan. Berikut aku
lampirkan beberapa diantaranya.
![]() |
Natal Tempo Doeloe |
Foto di atas sudah lama sekali, aku lupa ini tahun berapa, mungkin sekitar tahun 1985/1986. Disitu aku (cewe paling kecil) berfoto bersama Richter (anaknya Mami Marie, kakak Mama), Kak Wawan (kakakku) dan Harly (anaknya Mami Emma, kakak Mama). Ceria banget ya, kami berpose di atas sebuah skuter di bawah pohon jambu di halaman depan rumah Oma Opa. Hingga terakhir aku mudik ke rumah Oma, pohon jambu itu masih ada.
Foto di atas dari kiri yaitu Kak Femmy (anaknya Mami Syane/Kakak Mama), aku, Harly dan Wawan. Masih di spot favorit kami yaitu skuter di bawah pohon jambu. Entah itu skuter milik siapa ya hehehe...
Foto kenangan semasa Oma dan Opa masih hidup. Opa dengan baju dan topi veteran tentara yang khas. Mulai dari kiri itu Mami Marie, Om Reppy, Mamaku, Om Niko, Mrs.X (aku ga tau itu siapa hehe), Kak Ria, Tante Nel, another Mrs.X, dan Tante Rury (isterinya Om Reppy). Adapun yang berdiri di depan dari kiri yaitu Wawan, Opa, Ronald, Rando, Oma dan Richter.
Nah foto di atas menampilkan momen seru-seruan ketika berkumpul. Mulai dari kiri yaitu Kak Illy, Mami Marie yang sedang berdansa dengan Tante Rury, Mami Emma di belakang Opa yang sedang menggendong Rando. So memorable...
Foto di atas seingatku adalah momen ketika kami ramai-ramai menjemput kedatangan Om Reppy dan Om Niko sekeluarga dari Jakarta. Mulai dari kiri : Kak Elni, Jimmy, aku (baju biru) yang sedang dipangku Oma, Tante Rury, Mami Emma dan Mr.X (aku ga tau, mungkin Om Wens yang bawa mobil kali ya hehe).
Foto di atas diambil ketika Natal 2004, Natal terakhir buat Mami Marie karena April 2005 beliau meninggal hiks hiks. Mulai dari kiri : Kak Reiny, aku (jilbab biru), kak Vonne, Kak Femmy yang memangku Kristanny anaknya Richter, Harly, Kak Fernan (suami kak Femmy, Richter dan isterinya Rynne.
Foto di atas kenangan Natal tahun 2005, selesai makan bersama kami ziarah ke makam Opa dan Mami Marie. Nampak Oma yang sudah makin sepuh, namun ternyata mampu bertahan hingga tahun 2013, beliau wafat dalam usia 92 tahun.
Foto di atas mulai dari kiri : Richter, Kak Sendy dan aku. Kami lagi ngobrol apa yah ini kok kayak serius banget hehehe. Kak Sendy nih juragan kue kering yang enak-enak. Idul Fitri tahun 2018 lalu aku jauh-jauh dari Tangerang memesan kue lebaran ke Kak Sendy di Tatelu, sebuah desa yang bersebelahan dengan desa Laikit. Habis, di Tangerang sini sangat susah cari kue kering yang enaknya sama dengan kue dari Manado.
Berikut ini foto-foto Natal 2009, ketika kami para cucu sudah dewasa dan berkeluarga. Jadi yang nampak sebagai bocah-bocah disini adalah cicit dari Oma dan Opa ya. Natal tahun 2009 juga si Umar sudah lahir.