Assalamualaikum
Kami awalnya bukan siapa-siapa, tidak saling mengenal. Namun dengan jalan itulah Allah hendak mengenalkan "love at the first sight" buat kami. #halahh Pertemuan kami tidak pernah terjadi dengan sengaja, hanya sebatas hubungan peserta diklat dan panitia diklat semata. Bahkan saya sebagai peserta diklat merasa lebih akrab dengan panitia yang lainnya.
Alhamdulillah, Allah mengilhamkan niat untuk menikah padanya ketika ia merasa sudah tertarik pada saya #ehmm Maka dengan berani ia melangkah ke rumah orang tua saya untuk menjalani taaruf, dengan didampingi murabbinya. Singkat cerita, 3 bulan setelah diklat itu kamipun menikah.
Perlu perjuangan yang tidak mudah untuk mendapatkan rasa syurga dalam rumah tangga. Syurga tidak akan datang dengan sendirinya, namun harus diperjuangkan dengan berbekal ilmu serta keimanan. Walau hampir selalu ada gelombang yang menghantam bahtera RT, alhamdulillah sejauh ini kami masih tetap tegar dilautan kehidupan. Terima kasih suamiku, engkau adalah Nahkoda yang kuat dan tegar walau harus menghadapi terjangan ombak plus terkadang tingkah memberontak para anak buah yang engkau pimpin. Semoga Allah selalu merahmatimu dan memberikan hidayah dan petunjuk yang tiada putusnya serta kesabaran yang tak terbatas agar bahtera ini selamat sampai di tujuan kita, yaitu Syurga Allah yang abadi, amiiinnn
merindukan Rahmad Agung.....
Kamis, 09 April 2015
Rabu, 08 April 2015
Raudhatul Athfal Terpadu Al Kautsar Manado
Assalamualaikum
Menyambung bahasan terdahulu tentang keluarga kecil kami yang tidak lagi memakai jasa ART, maka suatu anugerah luar biasa sewaktu kami mengetahui bahwa di Manado terdapat sekolah TK Islam yang jam operasionalnya mulai 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Singkat cerita, setelah mengecek sana sini dan mempertimbangkan dengan matang, kamipun mantap mendaftarkan Umar bersekolah disana. Bukan semata-mata karena ingin menitipkan Umar disitu, namun kami memang sangat tertarik dengan program sekolahnya.
Saat mendaftar, kami menghabiskan 3jutaan rupiah yang terdiri dari uang pendaftaran, uang pangkal, uang sumbangan pembangunan, uang seragam 3 pasang berikut tas sekolah dan aneka buku serta peralatan sekolah semuanya seragam, uang sewa kasur untuk tidur siang dan SPP bulan pertama (Juli). Itupun tidak mesti dibayar kontan, dapat dicicil selama maksimal 6 bulan. Dan setelah itu hanya berlaku uang SPP perbulannya Rp.400.000,- yang mana dalam SPP tersebut sudah include makan siang. Sekolah memang mewajibkan siswanya makan siang bersama dan dimasak oleh sekolah agar tidak terjadi kesenjangan bekal makan siang anak-anak, jangan sampai anak yang satu makannya ayam sementara anak yang lain makannya tempe misalnya. Juga pihak sekolah melarang keras pemakaian "msg", oleh karena itu mereka memasak makan siang para siswa salah satunya agar tidak terbiasa mengkonsumsi makanan mengandung msg.
Adapun kegiatan selama di sekolah, paginya belajar seperti biasa termasuk praktek ibadah dan muraja'ah pelajaran dan hafalan. Pagi dan sore hari para siswa mendapat snack dan minum susu kotak. Siangnya setelah makan siang dan sholat berjamaah, merekapun tidur siang berjamaah hehehe ruangan kelas seketika disulap para Ustadzah menjadi ruang tidur massal. Dan hebatnya, seketika sekolah jadi hening oleh dengkuran halus para siswa yang tertidur pulas. Sorenya setelah bangun mereka kembali melanjutkan menghafal dan bersiap-siap dijemput pulang orang tua. Luar Biasa! Disekolah itu saya melihat para siswanya tidak hanya bersekolah saja, tapi sudah menjadi seperti Rumah Ke Dua buat mereka. Dimana waktunya tidak melulu habis untuk belajar tapi juga bermain, makan dan tidur. Sangat recommended deh buat para orangtua karena sekolah ini juga selain mengajarkan pelajaran TK sebagaimana biasanya, juga mengajarkan hal-hal prinsip tentang Islam yang rasanya sukar didapat di sekolah lain. Misalkan larangan merayakan ulang tahun, serta perayaan-perayaan lainnya yang tidak diajarkan dalam Islam. Masya Allah...semoga Allah merahmati dan memakmurkan sekolah ini.
Sayang sekali saya tidak berhasil mengabadikan gambar untuk sekolah maupun tenaga pengajarnya, karena mereka para Ustadzah mengenakan busana sangat rapat hingga menutup wajah ketika di luar. Adapun jika mengajar, mereka bebas membuka cadar mereka.
Menyambung bahasan terdahulu tentang keluarga kecil kami yang tidak lagi memakai jasa ART, maka suatu anugerah luar biasa sewaktu kami mengetahui bahwa di Manado terdapat sekolah TK Islam yang jam operasionalnya mulai 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Singkat cerita, setelah mengecek sana sini dan mempertimbangkan dengan matang, kamipun mantap mendaftarkan Umar bersekolah disana. Bukan semata-mata karena ingin menitipkan Umar disitu, namun kami memang sangat tertarik dengan program sekolahnya.
Saat mendaftar, kami menghabiskan 3jutaan rupiah yang terdiri dari uang pendaftaran, uang pangkal, uang sumbangan pembangunan, uang seragam 3 pasang berikut tas sekolah dan aneka buku serta peralatan sekolah semuanya seragam, uang sewa kasur untuk tidur siang dan SPP bulan pertama (Juli). Itupun tidak mesti dibayar kontan, dapat dicicil selama maksimal 6 bulan. Dan setelah itu hanya berlaku uang SPP perbulannya Rp.400.000,- yang mana dalam SPP tersebut sudah include makan siang. Sekolah memang mewajibkan siswanya makan siang bersama dan dimasak oleh sekolah agar tidak terjadi kesenjangan bekal makan siang anak-anak, jangan sampai anak yang satu makannya ayam sementara anak yang lain makannya tempe misalnya. Juga pihak sekolah melarang keras pemakaian "msg", oleh karena itu mereka memasak makan siang para siswa salah satunya agar tidak terbiasa mengkonsumsi makanan mengandung msg.
Adapun kegiatan selama di sekolah, paginya belajar seperti biasa termasuk praktek ibadah dan muraja'ah pelajaran dan hafalan. Pagi dan sore hari para siswa mendapat snack dan minum susu kotak. Siangnya setelah makan siang dan sholat berjamaah, merekapun tidur siang berjamaah hehehe ruangan kelas seketika disulap para Ustadzah menjadi ruang tidur massal. Dan hebatnya, seketika sekolah jadi hening oleh dengkuran halus para siswa yang tertidur pulas. Sorenya setelah bangun mereka kembali melanjutkan menghafal dan bersiap-siap dijemput pulang orang tua. Luar Biasa! Disekolah itu saya melihat para siswanya tidak hanya bersekolah saja, tapi sudah menjadi seperti Rumah Ke Dua buat mereka. Dimana waktunya tidak melulu habis untuk belajar tapi juga bermain, makan dan tidur. Sangat recommended deh buat para orangtua karena sekolah ini juga selain mengajarkan pelajaran TK sebagaimana biasanya, juga mengajarkan hal-hal prinsip tentang Islam yang rasanya sukar didapat di sekolah lain. Misalkan larangan merayakan ulang tahun, serta perayaan-perayaan lainnya yang tidak diajarkan dalam Islam. Masya Allah...semoga Allah merahmati dan memakmurkan sekolah ini.
Sayang sekali saya tidak berhasil mengabadikan gambar untuk sekolah maupun tenaga pengajarnya, karena mereka para Ustadzah mengenakan busana sangat rapat hingga menutup wajah ketika di luar. Adapun jika mengajar, mereka bebas membuka cadar mereka.
Keluarga Kecil Mandiri
Assalamualaikum
Menjadi orang tua dengan 2 anak kecil dan mempunyai karir masing-masing, memang sangat membutuhkan kehadiran asisten rumah tangga. Kami sempat memakai jasa asisten rumah tangga/pengasuh anak dimasa-masa awal kelahiran Umar tahun 2009. Namun ternyata membina hubungan dengan asisten rumah tangga (ART) gampang-gampang susah ya. Sudahlah meresakan cape bekerja dan mengurus anak kala malam, kadang masih harus ditambah pusing dengan ulah kelakuan sang ART. Kami sempat gonta-ganti ART sampai 6 kali sejak 2009 hingga 2012, hingga akhirnya saya terserang penyakit TBC dan harus berobat intensif selama 6 bulan, Suami yang sedang tugas belajar Diploma IV STAN terpaksa mengungsikan anak-anak dari Manado ke Tangerang untuk diurus sama Eyang-Eyangnya sementara. Sayapun sendirian di Manado menahan rindu sambil berobat.
Alhamdulillah ketika saya dinyatakan sembuh dari TBC pada Januari 2013, bersamaan dengan kelulusan tugas belajar Suami, maka kami pun berkumpul kembali di Manado. Kami pun memutuskan tidak lagi mempekerjakan ART. Kami berbagi tugas, baik tugas dalam rumah maupun tugas mengasuh anak. Saat kami bekerja, masing-masing kami membawa 1 anak. Umar ikut Abinya dan Nadia ikut saya ke kantor. Dimulailah romantika sebuah keluarga kecil yang benar-benar mandiri. Dengan segala suka duka kami lalui semua itu. Alhamdulillah kehadiran anak-anak di kantor tidak menimbulkan masalah yang berarti. Bahkan di kantor saya, beberapa pegawai yang berstatus "emak" juga membawa anak-anak, jadi Nadia tidak sendirian di kantor. Adapun Umar hanya beberapa bulan saja ikut Abinya ke kantor karena pada Juli 2013 ia sudah bersekolah di RAT Al Kautsar Komo Luar Manado, sebuah TK Islam terpadu yang mempunyai jam operasional dari jam 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Pagi sampai sore??? begitu tanya teman-teman dan keluargaku tidak percaya. Yuppp. Beneran. Semula saya juga berpikir, TK apaaan ya yang waktunya dari pagi sampai sore, mirip kantor he he he. Namun ternyata demikian adanya. Insya Allah akan saya bahas tentang TK ini di lain waktu.
Tiap awal hari, sebelum waktu subuh perjuangan mengawali hari dimulai dengan bangun pukul 4 dini hari, jika malamnya tidak sempat menyeterika maka bangun dipercepat 1 jam yaitu jam 3 dini hari untuk nyeterika. Setelah itu mulai sibuk di dapur, menyiapkan rebusan air untuk minum dan mandi, cuci piring dan berbenah. Suami pun tidak ketinggalan, tugasnya di waktu pagi adalah mencuci baju (pakai mesin) dan membuat sarapan disaat saya sibuk membangunkan dan memandikan anak-anak. Selesai anak-anak mandi, kami pun mandi kemudian sarapan berempat sambil nonton tv, itu biasanya jam setengah 7 pagi. Kami memang membiasakan untuk sarapan dahulu sebelum berangkat beraktivitas. Alhamdulillah kami tidak terlambat ke kantor. Kalaupun terlambat biasanya karena musibah ban motor yang kempis, just it hehehe
Alhamdulillah walaupun membawa Nadia, tapi pekerjaan saya relatif tidak terganggu. Resepnya ialah : di kantor hanya BEKERJA dan MENGASUH anak. Tidak usah ngobrol panjang lebar dengan sesama teman kala lagi kurang kerjaan hehehe sesampai di kantor, saya akan menyetel video edukasi anak produksi Kastari Sentra di laptop pribadi saya, yaitu video kartun dengan karakter Diva yang berisi edukasi Islami untuk anak Balita, dan alhamdulillah Nadia senang dan ketagihan nonton. Jadi saat Nadia dan teman-temannya nonton, kami pun para emak bisa bekerja dengan tenang hehehe saat jam 11.30 siang saatnya untuk menyuapi Nad makan siang, kemudian jam 12 siang bersiap-siap bobo. Disamping meja kerja saya sudah menyiapkan tempat khusus untuk Nad bobo, lengkap dengan bantal boneka, karpet alas, kipas angin kecil dan macam-macam perlengkapan Nad mulai dari piring hingga peralatan mandi. Semuanya saya tata di sudut hingga tidak nampak kayak "rumah pindah ke kantor" hehehe. Saya membiasakan memutarkan album Maher Zain secara ssayup-sayup saat Nad akan bobo, dimulai dengan lagu Insya Allah, dan biasanya setelah selesai lagu Insya Allah Nad sudah tertidur, dan lagu-lagu Maher Zain selanjutnya pun tetap akan mengalun dengan sayup-sayup menemani tidur siang Nad. Mengapa saya membiasakan begitu? Agar ketika Nad bobo pendengarannya sudah terkonsentrasi di musik yang sayup-sayup, dengan demikian ketika ada suara gaduh atau pintu yang terbanting, Nad tetap bobo pulas dan nyenyak hehehe. Saat Nad bobo saya tetap bekerja seperti biasa, hingga Nad terbangun biasanya jam 14.30. Selepas sholat Ashar waktunya untuk memandikan Nad dan ganti baju agar saat dijemput Suami jam 16.30 Nad sudah segar dan wangi hehehe
Cape? WOW!!! jangan ditanya. cape luar biasa. Namun ada kebahagiaan tersendiri menjalani hidup seperti ini tanpa ART. Kami sekeluarga jadi makin kompak karena mengerjakan semuanya, hubungan dengan anak-anak pun makin erat. Dan dengan itu juga membuat kami berempat jadi terbiasa disiplin dengan semua jadwal di hari kerja. Adapun di hari libur sabtu minggu, kami tidak membuat jadwal apapun. Itu adalah hari untuk bermalas-malasan he he he atau hari untuk jalan-jalan. Hidup harus seimbang, jika sudah menempa diri di senin hingga jumat, maka sabtu minggu adalah hiburannya. Dan Alhamdulillah ternyata kami bisa hidup tanpa ART.
Menjadi orang tua dengan 2 anak kecil dan mempunyai karir masing-masing, memang sangat membutuhkan kehadiran asisten rumah tangga. Kami sempat memakai jasa asisten rumah tangga/pengasuh anak dimasa-masa awal kelahiran Umar tahun 2009. Namun ternyata membina hubungan dengan asisten rumah tangga (ART) gampang-gampang susah ya. Sudahlah meresakan cape bekerja dan mengurus anak kala malam, kadang masih harus ditambah pusing dengan ulah kelakuan sang ART. Kami sempat gonta-ganti ART sampai 6 kali sejak 2009 hingga 2012, hingga akhirnya saya terserang penyakit TBC dan harus berobat intensif selama 6 bulan, Suami yang sedang tugas belajar Diploma IV STAN terpaksa mengungsikan anak-anak dari Manado ke Tangerang untuk diurus sama Eyang-Eyangnya sementara. Sayapun sendirian di Manado menahan rindu sambil berobat.
Alhamdulillah ketika saya dinyatakan sembuh dari TBC pada Januari 2013, bersamaan dengan kelulusan tugas belajar Suami, maka kami pun berkumpul kembali di Manado. Kami pun memutuskan tidak lagi mempekerjakan ART. Kami berbagi tugas, baik tugas dalam rumah maupun tugas mengasuh anak. Saat kami bekerja, masing-masing kami membawa 1 anak. Umar ikut Abinya dan Nadia ikut saya ke kantor. Dimulailah romantika sebuah keluarga kecil yang benar-benar mandiri. Dengan segala suka duka kami lalui semua itu. Alhamdulillah kehadiran anak-anak di kantor tidak menimbulkan masalah yang berarti. Bahkan di kantor saya, beberapa pegawai yang berstatus "emak" juga membawa anak-anak, jadi Nadia tidak sendirian di kantor. Adapun Umar hanya beberapa bulan saja ikut Abinya ke kantor karena pada Juli 2013 ia sudah bersekolah di RAT Al Kautsar Komo Luar Manado, sebuah TK Islam terpadu yang mempunyai jam operasional dari jam 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Pagi sampai sore??? begitu tanya teman-teman dan keluargaku tidak percaya. Yuppp. Beneran. Semula saya juga berpikir, TK apaaan ya yang waktunya dari pagi sampai sore, mirip kantor he he he. Namun ternyata demikian adanya. Insya Allah akan saya bahas tentang TK ini di lain waktu.
Tiap awal hari, sebelum waktu subuh perjuangan mengawali hari dimulai dengan bangun pukul 4 dini hari, jika malamnya tidak sempat menyeterika maka bangun dipercepat 1 jam yaitu jam 3 dini hari untuk nyeterika. Setelah itu mulai sibuk di dapur, menyiapkan rebusan air untuk minum dan mandi, cuci piring dan berbenah. Suami pun tidak ketinggalan, tugasnya di waktu pagi adalah mencuci baju (pakai mesin) dan membuat sarapan disaat saya sibuk membangunkan dan memandikan anak-anak. Selesai anak-anak mandi, kami pun mandi kemudian sarapan berempat sambil nonton tv, itu biasanya jam setengah 7 pagi. Kami memang membiasakan untuk sarapan dahulu sebelum berangkat beraktivitas. Alhamdulillah kami tidak terlambat ke kantor. Kalaupun terlambat biasanya karena musibah ban motor yang kempis, just it hehehe
Alhamdulillah walaupun membawa Nadia, tapi pekerjaan saya relatif tidak terganggu. Resepnya ialah : di kantor hanya BEKERJA dan MENGASUH anak. Tidak usah ngobrol panjang lebar dengan sesama teman kala lagi kurang kerjaan hehehe sesampai di kantor, saya akan menyetel video edukasi anak produksi Kastari Sentra di laptop pribadi saya, yaitu video kartun dengan karakter Diva yang berisi edukasi Islami untuk anak Balita, dan alhamdulillah Nadia senang dan ketagihan nonton. Jadi saat Nadia dan teman-temannya nonton, kami pun para emak bisa bekerja dengan tenang hehehe saat jam 11.30 siang saatnya untuk menyuapi Nad makan siang, kemudian jam 12 siang bersiap-siap bobo. Disamping meja kerja saya sudah menyiapkan tempat khusus untuk Nad bobo, lengkap dengan bantal boneka, karpet alas, kipas angin kecil dan macam-macam perlengkapan Nad mulai dari piring hingga peralatan mandi. Semuanya saya tata di sudut hingga tidak nampak kayak "rumah pindah ke kantor" hehehe. Saya membiasakan memutarkan album Maher Zain secara ssayup-sayup saat Nad akan bobo, dimulai dengan lagu Insya Allah, dan biasanya setelah selesai lagu Insya Allah Nad sudah tertidur, dan lagu-lagu Maher Zain selanjutnya pun tetap akan mengalun dengan sayup-sayup menemani tidur siang Nad. Mengapa saya membiasakan begitu? Agar ketika Nad bobo pendengarannya sudah terkonsentrasi di musik yang sayup-sayup, dengan demikian ketika ada suara gaduh atau pintu yang terbanting, Nad tetap bobo pulas dan nyenyak hehehe. Saat Nad bobo saya tetap bekerja seperti biasa, hingga Nad terbangun biasanya jam 14.30. Selepas sholat Ashar waktunya untuk memandikan Nad dan ganti baju agar saat dijemput Suami jam 16.30 Nad sudah segar dan wangi hehehe
Cape? WOW!!! jangan ditanya. cape luar biasa. Namun ada kebahagiaan tersendiri menjalani hidup seperti ini tanpa ART. Kami sekeluarga jadi makin kompak karena mengerjakan semuanya, hubungan dengan anak-anak pun makin erat. Dan dengan itu juga membuat kami berempat jadi terbiasa disiplin dengan semua jadwal di hari kerja. Adapun di hari libur sabtu minggu, kami tidak membuat jadwal apapun. Itu adalah hari untuk bermalas-malasan he he he atau hari untuk jalan-jalan. Hidup harus seimbang, jika sudah menempa diri di senin hingga jumat, maka sabtu minggu adalah hiburannya. Dan Alhamdulillah ternyata kami bisa hidup tanpa ART.
![]() | ||
para bocah dan sebagian emaknya di kantor |
Nad habis mandi di kantor, siap dijemput Abi |
![]() |
para bocah kantor lagi serius nonton Diva ketika para Emak bekerja |
![]() |
Nad bobo siang di kantor |
Nadia jelang masa TK
Assalamualaikum
Halimah Ainun Nadia, tidak terasa my baby girl itu sudah mau masuk TK. Nad yang beda usia 2 tahun dengan Mas nya, insyaAllah akan mulai bersekolah Juli tahun ini. Tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Sepertinya baru setahun lalu mengandungnya, membawanya kesana kemari dalam perut. Dan rasanya baru beberapa bulan lalu deh begadang malam mengasuh Nadia yang masih bayi. Tapi itulah, segala romantikanya tak terasa sudah mengantarkan kami di usianya yang jelang 4 tahun. Nadia bocah yang sangat aktif, dan suka mengemukakan pendapatnya, serta suka mengarang lagu he he he rupanya ada bakat seni juga. Mungkin menurun dari Opa buyutnya yang seorang pemain biola semasa hidup. Karena anak cewek, maka sekarang sudah suka pilih sendiri baju yang akan dia pakai, berbeda dengan Masnya yang cuek (mungkin karena laki2) terima aja baju yang dipilihkan Ummi. oh ya satu lagi ciri khas Nadia, paling ga suka dipakein baju yang ada kerah dan/atau retslitingnya he he he sekarang lagi masa memberikan pengertian agar Nad mau pake baju yang begitu. Soalnya seragam sekolahnya sudah pasti akan ada kancing dan retsliting. semoga jadi anak shalihah ya Nak, sehat-sehat selalu, amiinn....Ummi loves you (Umar dan Nadia)
Halimah Ainun Nadia, tidak terasa my baby girl itu sudah mau masuk TK. Nad yang beda usia 2 tahun dengan Mas nya, insyaAllah akan mulai bersekolah Juli tahun ini. Tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Sepertinya baru setahun lalu mengandungnya, membawanya kesana kemari dalam perut. Dan rasanya baru beberapa bulan lalu deh begadang malam mengasuh Nadia yang masih bayi. Tapi itulah, segala romantikanya tak terasa sudah mengantarkan kami di usianya yang jelang 4 tahun. Nadia bocah yang sangat aktif, dan suka mengemukakan pendapatnya, serta suka mengarang lagu he he he rupanya ada bakat seni juga. Mungkin menurun dari Opa buyutnya yang seorang pemain biola semasa hidup. Karena anak cewek, maka sekarang sudah suka pilih sendiri baju yang akan dia pakai, berbeda dengan Masnya yang cuek (mungkin karena laki2) terima aja baju yang dipilihkan Ummi. oh ya satu lagi ciri khas Nadia, paling ga suka dipakein baju yang ada kerah dan/atau retslitingnya he he he sekarang lagi masa memberikan pengertian agar Nad mau pake baju yang begitu. Soalnya seragam sekolahnya sudah pasti akan ada kancing dan retsliting. semoga jadi anak shalihah ya Nak, sehat-sehat selalu, amiinn....Ummi loves you (Umar dan Nadia)
![]() |
Umar Nadia di Trans Studio Makassar |
Cerita Fiksi Bagus
Assalamualaikum
cerita fiksi yang sangat menyentuh, terbaca pada suatu malam kala sepi mendera, sebuah fiksi karangan seseorang "namarappuccino", sangat mendalam dan mengena. berikut ceritanya :
Suamiku, Aku, dan Lelaki yang Aku Cintai Secara Rahasia
Ini kisah tentang (mantan) suamiku, aku, dan lelaki yang aku cintai secara rahasia tapi suamiku mengetahuinya.
Aku menyimpan cerita tentang lelaki itu dalam semacam note di tabletku. Aku beri pasword agar suamiku tidak tahu. Suamiku baik, mau menerimaku, sering memujiku, meski dia pendiam bukan main. Hal yang membuatku kadang-kadang kebosanan. Aku ingin hidupku lebih berwarna dengan banyak cerita dan banyak tawa.
Ini berbeda dengan cinta rahasiaku bersama lelaki itu. Lelaki itu bisa selalu membuatku tertawa. Dia tidak pernah kehabisan cerita.Bisa membuatku betah berlama-lama bersamanya.
Akhirnya aku menyerah. Aku memutuskan, tidak apa-apa aku yang lebih sering bercerita, dan biar suamiku yang menjadi pendengarnya. Adil. Karena mengharap dia bercerita dan membuatku tertawa itu tidak mungkin. Seperti pungguk merindukan bulan. Lagipula, aku tetap bisa mendapatkan tawa dari orang lain, seperti dari lelaki itu, misalnya.
Dia, suamiku, kemudian memang menjadi pendengar paling baik yang pernah aku kenal. Dia akan duduk di depanku berlama-lama. Tidak hanya mendengar tapi memperhatikan. Dia akan menaruh handphonenya, bukunya, atau apa saja yang sedang dia pegang atau kerjakan, hanya untuk mendengar aku bercerita. Dia bisa hapal apa yang kuceritakan saking perhatiannya.
Cukup menyenangkan, tapi belum cukup. Karena lama-lama, aku menjadi bosan. Aku masih ingin diberi lebih banyak tawa.
Lalu aku ingat pada suatu hari dia melihat mataku berbinar ketika bercerita tentang seseorang. Tentang lelaki itu, lelaki yang kusimpan ceritanya di note tabletku itu.
Dia memperhatikan, tersenyum, dan berkata, "Memiliki cinta selainku dan kamu jadikan rahasia itu tidak apa-apa. Bisa jadi, cinta itu ada karena kekuranganku atau kelebihan dia."
Aku terdiam. Jangan-jangan aku terlalu banyak bercerita tentang dia? Sial. Apakah kebahagiaanku ketika menceritakannya sebegitu kentara? Sampai berulang-ulang aku menceritakan dan aku tidak menyadarinya? Sial! Seharusnya aku lebih berhati-hati.
"Tapi jangan kamu pupuk," lanjut suamiku, "dan kamu biarkan berkembang. Jangan terlalu dekat dengannya, jangan berusaha membuatnya jatuh cinta, seberapapun kamu ingin melakukannya. Dan jangan terlalu perhatian dengannya. Seorang lelaki yang diperhatikan perempuan, bisa membuatnya jatuh cinta. Dan jika kamu terlalu perhatian dengannya, cinta yang lain--aku, bisa-bisa tidak kamu perhatikan lagi dan lama-lama cintaku ini mati."
Ada jeda dalam percakapan kami berdua. "Bagaimanapun juga, cinta yang diberi pupuk akan lebih bertahan daripada yang tidak. Yang diperhatikan, akan lebih kamu sayang. Jangan memupuk cinta rahasiamu dengan berlama-lama meluangkan waktu bersama dia. Hanya itu pesanku."
Aku terkejut. Dia tahu. Dia mengenali perasaan jatuh cintaku. Atau dia pernah membuka tabletku dan membaca note-noteku? Semoga tidak.
"Suatu hari nanti kamu akan mengerti." Katanya kemudian. Lalu dia mencium keningku, tersenyum, memelukku, dan tidur dengan membelakangiku. Seperti tidak boleh melihat wajahnya, matanya, atau lukanya malam itu. Aku tidak tahu. Karena semalaman aku merasa dia tidak tidur. Posisinya berubah terus sehingga membuatku terganggu. Aku juga sempat terbangun dan memergokinya hanya duduk di pinggir kasur, atau memandangiku yang sedang tertidur. Begitu tahu aku terbangun, dia hanya tersenyum.
Apa tatapan matanya itu sedang terluka? Sepertinya iya. Tapi aku terlalu mengantuk untuk memperhatikannya.
Kata orang, kita tidak akan pernah menyembunyikan kebohongan kepada orang yang kita cintai. Apakah itu benar? Apakah itu yang sekarang sedang terjadi? Dia tahu apa yang kututupi? Ya, Tuhan, jangan. Aku memuja lelaki itu, tapi aku juga tidak ingin melukai suamiku. Dua hal yang tidak mungkin, tapi aku usahakan agar mungkin.
Itu setahun lalu.
Dan, sekarang aku mengerti apa kata-katanya ketika aku memutuskan untuk meninggalkannya enam bulan setelah itu. Ketika cinta rahasiaku aku pupuk dengan mengobrol bersama lelaki itu setiap hari dan memperhatikannya setiap pagi. Menemani dia bercerita sampai tengah malam buta, menemani dia sampai aku tertawa bahagia saking nyamannya. Aku memenuhi hatiku dengan dia, dan bukan suamiku. Seperti ABG yang sedang tergila-gila. Dan, pelan-pelan, bayangan suamiku memang menghilang.
Sekarang aku mengerti apa yang dimaksudkannya dengan jangan memupuk cinta rahasiaku. Karena pada akhirnya, cinta rahasiaku jauh lebih bersemi dari cintaku kepada suamiku. Aku memupuk cinta rahasiaku dengan terus berpikir tentangnya, menulis tentangnya, dan menemaninya bercerita. Sedangkan suamiku? Lama-lama aku tidak pernah lagi mau berbagi cerita dengannya. Apa-pun yang dia katakan menjadi membosankan dan menyebalkan. Aku mulai rindu pada cinta rahasiaku, selalu. Dan, pelan-pelan, semua yang dilakukan suamiku sekarang terasa menyebalkan.
Mungkin ini yang dia katakan bahwa memiliki cinta rahasia itu tidak apa-apa, tapi jangan dilanjutkan dengan jangan berlama-lama meluangkan waktu bersamanya. Seperti melihat orang tampan ketika sedang jalan itu tidak apa-apa, asal jangan diteruskan dengan meminta nomor telepon dan berhubungan intens dengannya. Karena jika sebuah kekaguman dilanjutkan dengan kedekatan, lama-lama cinta yang lebih dulu datang akan berangsur menghilang, dan cinta baru yang akan menggantikan. Dan memang benar, cinta kepada suamiku sudah benar-benar tergantikan.
Intinya, cinta yang dulunya adalah rahasia menjadi semakin mendominasi hati dan pikiranku sampai aku memutuskan meninggalkan suamiku demi cinta rahasiaku itu.
Suamiku hanya tersenyum ketika itu. "Aku tahu hari ini akan datang." katanya. "Aku sudah mempersiapkan diri untuk melepasmu semenjak aku tahu kamu memiliki cinta rahasia di dalam hatimu. Sebenarnya aku berharap, itu hanya sebatas cinta rahasia, tidak kamu lanjutkan ke arah yang lebih dekat. Hanya kekaguman, lalu kamu hentikan. Tapi tidak apa. Pergilah bersama dia. Aku akan menalaktigakan kamu sekarang juga. Semoga kalian bahagia."
Aku belum pernah melihat seorang lelaki setabah itu. Melepaskan perempuan yang sangat dicintainya dengan tersenyum dan mendoakanku berbahagia. Aku beruntung pernah memilikinya. Pernah beruntung.
"Bagaimana dengan kamu?" tanyaku getir. Meski tidak lagi mencintainya, aku masih ikut merasakan lukanya.
Dia masih tersenyum. "Jangan khawatirkan aku. Kebahagiaanku tidak pernah tergantung orang lain. Bersama siapa pun aku bisa bahagia, sendiri pun aku juga bisa. Kamu berbeda. Kamu hanya bisa berbahagia dengan seseorang yang kamu harapkan, yang kamu inginkan benar-benar. Kalau aku tetap bisa menikmati teh ketika sebenarnya aku menginginkan kopi, tapi kamu tidak bisa. Kalau kamu ingin kopi harus mendapatkan kopi. Hari ini mendapat teh pun kamu akan mengejar kopi dan meninggalkan teh begitu melihat kopi."
Itu pahit. Aku merasa tersindir. Sial!
"Dan ingat," lanjutnya lagi. "Aku melepaskan bukan karena aku tidak mencintaimu atau tidak berniat memperjuangkan. Aku melepaskan karena aku tidak mau hidup dengan seseorang yang hati dan pikirannya bahkan tidak pernah bersamaku."
Aku tahu, batinku.
Tetapi ada kenyataan yang tiba-tiba saja aku tahu. Dia tidak berubah. Bahkan ketika kecewa dan marah pun, dia selalu bisa mengucapkan apa pun dengan tenang. Tidak membentak atau berlaku kasar. Dia tetap sama. Pria paling tenang dan datar yang pernah kutemukan. Meski hatinya mungkin hancur lebur pada saat ini. Pada saat harus melepaskan perempuan yang dia pernah mengatakan kalau dia beruntung memilikiku ini.
Untuk ketenangan dan senyumnya itu, mungkin aku akan merindukannya.
Tapi lupakan. Aku sudah memilih untuk meninggalkannya. Untuk bersama lelaki yang secara rahasia pernah aku cintai. Untuk bahagia yang sudah lama aku cari.
Dan kenyataannya, pilihanku benar. Aku lebih berbahagia bersama lelaki itu. Dia bisa membuatku tertawa, membelikan barang-barang yang aku suka, memelukku, memujiku, dan memberi aku bunga atau puisi cinta. Itu sangat menyenangkan.
Ya Tuhan. Aku jatuh cinta. He's adorable. And I feel loveable.
Sayangnya itu tidak bertahan lama. Sangat tidak bertahan lama.
Beberapa waktu kemudian, yang aku ketahui adalah bahwa lelaki itu, cinta rahasiaku yang dulu itu, ternyata tidak pernah mencintaiku, sepertinya. Dia hanya menganggapku perempuan seksi untuk selalu melayani nafsunya. Dia memuja tubuhku, bukan aku. Memuja kecantikanku, bukan aku. Memeluk tubuhku, bukan hatiku.
Awalnya, aku mengira, mungkin lelaki itu membutuhkan waktu lebih lama untuk menerimaku, jadi aku tetap memperjuangkannya. Lagipula aku sudah mengorbankan segalanya untuk dia. Dia pasti mau melakukan yang sama.
Tetapi, sebenarnya, seperti ini pun aku sudah senang. Cukup dia bisa sesering mungkin bersamaku. Itu saja. Tidak apa-apa kalau belum ada ikatan. Dia datang dan pergi ke tempatku dengan sesuka hati, dan aku selalu senang menyambutnya. Aku mungkin sudah gila. Aku sudah tahu aku hanya jadi pelampiasan nafsunya, tapi tetap mau melakukannya. Temanku bilang aku bodoh, aku bilang aku jatuh cinta.
Dan sampai waktu berlalu pun kisahku dengan lelaki itu tidak berubah. Masih sama. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan mengikatku.
Sampai suatu ketika, beberapa bulan kemudian, mantan suamiku meneleponku dan bertanya, 'Dia sudah meninggalkanmu?' Masih dengan suara serak dan ketenangannya. Aku bahkan seperti melihat senyumnya sekarang. Senyum yang selalu menenangkan. Entah kenapa sekarang ini aku benar-benar merindukan senyum itu dan perhatiannya.
Damn! Tiba-tiba aku rindu sekali pada mantan suamiku itu. Dan suaranya sekarang ini membuat airmataku turun tanpa bisa kukendalikan lagi.
Aku menjawab teleponnya dengan pura-pura tertawa, "Tentu saja tidak. Kami saling mencintai. Tidak terpisahkan." Aku tertawa lagi. Keras. Seperti air mataku yang juga mengalir lagi. Deras.
"Oh," jawab suara di seberang sana pelan.
Kami saling menutup telepon, lalu aku meremas undangan terkutuk berisi nama cinta rahasiaku dulu bersama nama seorang perempuan. Lelaki brengsek itu akan menikah bulan depan dengan gadis lain. Dia merahasiakannya kepadaku selama ini. Kalau tidak karena temanku yang memberitahukan undangan ini, aku juga tidak akan tahu. Dan dia pasti akan datang kepadaku, dengan tawanya seperti biasa, seolah-olah tidak melakukan dosa. Seperti malam tadi.
Aku yakin, mantan suamiku tahu kalau lelaki itu akan menikah dengan perempuan lain. Makanya dia meneleponku. Untuk meyakinkan apa aku baik-baik saja. Aku yakin.
____
"Jatuh cinta saja tidak cukup untuk berbahagia. Hati dan logika harus
disertakan ketika memutuskan untuk meninggalkan atau untuk bersama."
Author
Namarappuccino
Langganan:
Postingan (Atom)