tessssss

Selasa, 29 Januari 2019

Aneh itu Nyata

bismillah..

Kali ini mau cerita tentang pengalaman kuliah di UMJ Cirendeu. Sekian lama, sudah mau 2 tahun rutin kuliah malam di hari kerja dan kuliah pagi sampai siang di hari sabtu, sudah banyak mencetak foto kenangan, ternyata terdapat suatu keanehan.

Aku sudah sering banget lihat postingan foto yang aneh dan ganjil di internet, yang susah untuk dijelaskan. Awalnya aku kira beberapa ada yang editan, hanya untuk seru-seru. Ternyata aku mengalami sendiri, mendapatkan foto yang cukup ganjil dan aneh. Ehmm.....gakk banyak sih, cuma 2 foto aja.

1. Foto ketika kuliah malam

Foto di bawah ini menggambarkan keceriaan kami menanti dosen sambil mengabadikan gambar, seluruh mahasiswa sudah berada dalam kelas, yang memotret adalah ketua kelas sendiri. Sedangkan situasi di luar sudah sunyi karena sudah malam, sekitar jam 7 malam. Biasanya ketika semua sudah masuk kelas, sudah tidak ada lagi orang di lorong/koridor.



dari dua foto yang sama di atas, terlihat di jendela ada sosok yang ikut dipotret, berdiri di jendela ikut menatap kamera. Sekilas tidak ada yang aneh ya, karena bisa saja itu memang teman yang sedang diluar. Meski setelah ini, kami semua ternyata sudah masuk kelas duduk manis menanti dosen.


Keganjilan dan keanehan mulai terasa di foto di atas. Coba perhatikan dengan seksama, jendela kayu dimana sosok itu tertangkap kamera posisinya tertutup dan terkunci rapat. Tapi bisa saja kan kalau sosok itu berdiri dari balik jendela, iya kan? Namun coba perhatikan foto di bawah, foto sosok dia yang di zoom.



dari foto di atas, terlihat jendela tertutup oleh siluet tubuhnya. Artinya, dia berada di dalam jendela, ke arah kami. Bukan di belakang jendela. Tapi bagaimana mungkin demikian, sedangkan jendela dalam keadaan tertutup rapat. Setelah kami lihat dengan seksama, tidak ada dari kami yang mengenali sosoknya, wajahnya tidak nampak jelas.

2. Foto ketika kuliah siang


 Kalau yang ini, singkat aja. Selesai kuliah, foto bareng dengan bu Dosen. Aku (yang wajah bintang) sebelahan dengan mba Denok. Foto pertama, posisi aku samping dosen, mba Denok merangkul.


Nah keanehan terjadi pada foto selfie ini, ketika aku melakukan gaya seakan mau acungkan jempol sambil merangkul pundak mba Denok. Mba Denok orang pertama yang menyadari setelah melihat hasil foto, kok jari aku ada 6?



Nih, zoomnya. Dibelakang tanganku, ada sebuah jari ikut berfoto. Sekilas, besar jarinya dengan jari aku sama, tapi kulit aja yang beda. Yang jelas, itu bukan jari aku. Adapun mba Denok pada foto tersebut, posisinya di depan aku. Aku sembunyi di belakang punggung mba Denok. Maka sangat tidak mungkin kalau itu jarinya mba Denok. Lagipula, menurut mba Denok, pada foto itu tangannya bertumpu pada kursi bu Dosen biar ga oleng karena kami sama-sama membungkukkan badan.


Cuma itu aja sih. Ternyata, Aneh itu (memang) Nyata.

Kamis, 03 Januari 2019

Mencuci Dosa Adalah Dosa

Bismillah...

Langsung saja ya
Setiap anak Adam pasti berdosa. Namun mencuci dosa ala money laundry tidak menjadikan dosa itu hilang, malah mencuci dosa itu adalah dosa tersendiri. Karena itu termasuk mengelabui, menipu. Jadi dosanya sudah dua, dosa yang lebih dulu ada plus dosa karena mencuci dosa terdahulu itu.

Ngomongin apa sih...

Akalku yang sempit ini hampir-hampir tidak bisa menerima kenyataan melihat fenomena orang ramai-ramai berbuat dosa, dan kemudian mencuci dosa itu sebagaimana halnya kejahatan pencucian uang, dan seiring berlalunya waktu berharap dosa itu menjadi biasa bahkan menjadi (seolah) bukan dosa lagi. Menjadi hal yang lumrah. Oh no.

Zaman sekarang, melihat beberapa manusia yang dulunya aku kenal mereka akrab dengan agama, namun rupanya waktu telah menggerus banyak hal. Mereka manusia biasa juga sebagaimana kamu Titi! Of course. Makanya tulisan ini juga berlaku untuk diriku. Namun jujur ku akui, akalku inilah yang berontak, masih belum bisa menerima jika hal tersebut sudah bukan lagi menjadi sebuah dosa. Sepengetahuan aku, dosa itu tidak lekang oleh waktu. Dosa itu abadi. Sekali Dusta hukum asalnya adalah dosa, maka hingga akhir waktu Dusta pun tetap dosa. Adanya beberapa pengecualian, tidak serta merta membuat si Dusta itu berubah jadi mulia.

Barangkali orang-orang kebanyakan bisa menerima konsep dosa yang lebur dan terkikis hingga lenyap dari pandangan mata mereka, berganti menjadi suatu hal yang biasa. Tetapi tanyalah pada alam, apakah dosa bisa dicuci selain dengan taubat? Apakah dosa bisa dikelabui sehingga menjadi bersih dan lumrah? Alam akan menjawab dengan jujur, dan suara alam itu tidak didengar oleh telingamu, tapi hatimu.

Jadi, kepada (aku dan kalian) yang berdosa, namun (naudzubillah) ingin menutupi dosa itu dengan mengelabui manusia, Dosa tetaplah Dosa. Tiada jalan lain untuk bebas darinya selain mengakui, bertaubat dan mengadakan perbaikan. Terlebih jika dosa itu menyangkut dengan hamba Allah lainnya, kita wajib meminta keikhlasannya. Dosa tidak akan lenyap dengan mendiamkannya selama beberapa waktu, bahkan jika sampai berbilang abad sekalipun. Untuk golongan manusia tertentu, bahkan Allah sampai membuat "monumen" untuk manusia di masa depan mengenangnya sebagai dosa. Lihatlah Firaun, yang tubuhnya dijadikan Allah laksana monumen untuk mengenang perbuatannya. Allah berulang kali berfirman dalam Al Quran agar kita sebagai manusia mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana kesudahan dari kaum-kaum yang berdosa. 

Suatu kesalahan yang amat sangat jika menyerahkan pencucian sebuah dosa pada sang Waktu. Waktu mungkin bisa membuat lupa. Namun Waktu tidak mampu mengubah sebuah dosa menjadi sebuah kemuliaan. Alam tetap mencatatnya sebagai dosa. Hanya Taubatlah yang bisa mengubah dosa. Namun bukan taubat namanya jika ingin mengelabui manusia, melakukan seakan-akan dosa itu biasa, dan akhirnya hidup "happily ever after" dengan dosa tersebut. Bukanlah taubat, jika berslogan "kepalang basah, terusin aja mandi sekalian, mandinya tiap hari". Taubat itu jika kepalang basah, segera menarik diri dari kubangan dan membersihkan sisa-sisa air kubangan tersebut. Serta bertekad tidak ingin jatuh ke kubangan itu lagi selamanya.

Ingat, mencuci dosa hanyalah mengubah persepsi, bukan esensi.

Semoga kita sekalian dijadikan manusia yang senantiasa bertaubat, amiin ya robbal alamiin